REPUBLIKA.CO.ID, HOBART -- Miliarder Australia, David Walsh terkenal menyebut dirinya sebagai Tuhan, tapi kali ini ia benar-benar memainkan peran sebagai Willy Wonka dalam proyek terbarunya di MONA -Museum of Old and New Art di Hobart, Tasmania.
Jutawan dan kolektor benda-benda seni eksentrik dan pemilik museum MONA itu telah mengirimkan masing-masing satu batang coklat di sekitar 1.200 rumah di daerah Berriedale, kawasan pemukiman di sekitar MONA.
"Walshie Bars" adalah sebuah permainan seperti “Wonka Bar’ yang terdapat dalam novel anak-anak karangan Chardlie Roald Dahl berjudul Charlie and the Chocolate Factory.
Dan tak ubahnya kisah tersebut, sejumlah kecil batang coklat ini memiliki "tiket emas" di dalamnya. Sebanyak empat puluh dari 1.200 batang cokelat yang dikirimkan berisi "tiket emas" – yakni tiket masuk untuk dua orang ke acara gala pembukaan sisi sayap baru dari Museum MONA senilai 30 juta dolar AS (Rp 308 miliar), yang disebut Pharos pada Selasa, 19 Desember mendatang.
Galeri ini memiliki kapasitas daya tampung hingga 80 orang dalam satu kesempatan bersama, sehingga event pembukaan ini digelar secara bertahap selama lima malam. Sebanyak 140 tiket ditawarkan kepada publik yang berlaku pada dua malam pembukaan itu dengan biaya 500 (Rp 5,1 juta) dolar AS per kepala.
Jadi undian dalam batangan cokelat itu memang benar-benar sebuah tiket emas.
Di bagian belakang batangan cokelat yang dibagikan kepada ribuan tetangganya, David Walsh menjelaskan bahwa batangan cokelat itu dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih kepada tetangganya karena telah bersabar selama pengerjaan pembangunan di lokasi Museum MONA.
"Anda mungkin telah memperhatikan saya telah membangun sebuah bangunan tambahan di tempat saya," demikian bunyi dibagian belakang kemasan coklat tersebut.
"Ini adalah Pharos, bagian sayap baru dari Museum MONA. Saya senang memberitahukan kalau bangunan baru itu akan dibuka pada Sabtu, 23 Desember. Saya berharap bisa bertemu dengan Anda di sana, kapan-kapan.
"Sebagai sesama warga Berridale, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesabaran Anda saat kami membangun Pharos. Sebenarnya, saya ingin mengucapkan terima kasih karena telah bersabar menghadapi proyek pembangunan yang umumnya kami lakukan secara diam-diam.
"Tidak semua orang menyukai MONA Tapi, menurut pengalaman saya, semua orang pasti suka cokelat, silakan menikmati sedikit penghargaan saya ini, ini benar-benar usaha paling tidak seberapa yang bisa saya lakukan."
Galeri baru itu dinamai mengikuti Pharos of Alexandria, sebuah mercusuar yang dibangun untuk Ptolemy I Soter sekitar tahun 280 SM. Bangunan ini meluas di atas Sungai Derwent dan menampung empat karya James Turrell dan masing-masing oleh Richard Wilson, Jean Tinguely, Randy Polumbo dan Charles Ross.
Karya Richard Wilson yang dipamerkan di bagian ini diyakini adalah merupakan salah satu masterpiecenya di dunia yakni 20:50. Karya seni instalasi ini telah dipajang di London Saatchi Gallery sejak 1991 - satu-satunya galeri seni permanen.
Karya seni instalasi ini juga telah dipajang di MOCA di Los Angeles pada 1994, dan Australian National Gallery di Canberra pada tahun 1996.
Situs Wilson menggambarkan karya seni tersebut. "Galeri itu akan diisi hingga setinggi pinggang, dengan cairan oli mesin daur ulang dari mana potongan itu diabadikan namanya," tulis situs tersebut.
"Sebuah jalan setapak yang mengarah ke dalam genangan itu dibuat dari satu pintu masuk, yang akan membawa penikmat karya seni ini ke tempat dimana mereka akan dikelilingi oleh minyak di semua sisi. Permukaan minyak yang tidak dapat ditembus memantulkan arsitektur ruangan dengan tepat, menempatkan orang yang menyaksikan karya seni ini di titik tengah dari sebuah gambaran pesawat yang simetris. "
MONA mengatakan pengunjung yang hendak melihat karya seni instalasi yang satu ini perlu menandatangani surat keterangan medis.
Perpanjangan sisi sayap baru dari museum MONA ini juga menampilkan bar dan restoran baru.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.