Rabu 06 Dec 2017 10:23 WIB

Usai Pembunuhan Saleh, Saudi Serangan Ibu Kota Yaman

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Teguh Firmansyah
Koalisi Arab Saudi terus menggempur Sanaa, Yaman.e
Foto: press tv
Koalisi Arab Saudi terus menggempur Sanaa, Yaman.e

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Serangan udara berat oleh koalisi pimpinan Arab Saudi mengguncang ibu kota Yaman, Sanaa yang padat penduduk pada Selasa (5/12) waktu setempat.  Serangan udara itu dilakukan menyusul pembunuhan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh oleh pemberontak Syiah yang mengendalikan kota tersebut.

Warga melaporkan terjadi pengeboman hebat. Seorang pejabat PBB mengatakan, setidaknya ada 25 serangan udara yang melanda kota selama 24 jam terakhir. Koalisi pimpinan Saudi yang memerangi pemberontak telah mendapatkan dukungan dari loyalis Saleh beberapa jam sebelum kematiannya.

Sementara Dewan Keamanan PBB telah meminta kepada semua pihak untuk mengurangi meningkatnya kekerasan. PBB mengimbau semua pihak agar  terlibat kembali dengan upaya-upaya politik mencapai gencatan senjata tanpa prasyarat.

Dewan terssebut menyebut situasi kemanusiaan yangmemburuk dan mengerikan di Yaman.  Negara itu kini berada di ambang bencana kelaparan. "Meski pertempuran sedang berlangsung intensif, penerbangan kemanusiaan dari PBB dan Palang Merah dilanjutkan ke Sanaa pada Selasa pagi," ujar Juru bicara PBB Stephane Dujarric.

Utusan khusus PBB untuk Yamaan Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan dalam sebuah pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB,  pembunuhan Saleh dan lainnya adalah perkembangan yang merugikan. Ini akan menjadi perubahan besar terhadap dinamika politik di Yaman.

Mayat Saleh muncul di video yang diunggah oleh militan dengan luka menganga di kepala. Ia dibawa ke rumah sakit militer yang dikuasai pemberontak. Seorang pemimpin pemberontak yang berbicara dalam sebuah demonstrasi di Sanaa, mengatakan bahwa anak-anak(loyalis) Saleh yang menjadi korban terluka telah dirawat di rumah sakit, tanpamemberikan penjelasan lebih lanjut.

"Saleh tertipu, kami tidak berharaap untukapa yang terjadi," kata pemimpin pemberontak Mohamed Ali al-Houthi.

Gambaran mengerikan itu mengejutkan pengikut Saleh yang bernasib sama dengan mantan pemimpin Libya Muamar Qadafi pada 2011.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement