REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Peta Australia abad ke-17 yang tak ternilai harganya telah dipasang di dinding untuk pertama kalinya selama berabad-abad setelah menjalani penelitian dan upaya pelestarian ekstensif.
Peta besar Belanda yang diberi nama ‘Archipelagus Orientalis, sive Asiaticus (kepulauan Timur dan Asia)’ ini diciptakan pakar kartografer Joan Blaeu pada 1663. Peta kuno ini dibeli oleh Perpustakaan Nasional Australia pada 2013 setelah ditemukan di gudang penyimpanan di Swedia.
Pada Mei 2016, setelah dilakukan penggalangan dana massal yang berhasil mengumpulkan dana 100 ribu dolar AS atau sekitar Rp 1 miliar, peta tersebut dikirim ke Grimwade Centre di University of Melbourne. "Peta kuno itu sangat rapuh," kata Denyl Cloughley, manajer pelestarian Perpustakaan Nasional Australia (NLA).
"Hanya dengan melihatnya saja, Anda pasti berpikir peta itu akan hancur berantakan."
Pada beberapa periode dalam sejarahnya, peta tersebut telah ditutupi oleh pernis, yang akhirnya menjebak lapisan kotoran yang ada. Ada juga kekhawatiran pernis itu telah mengaktifkan dan menyebarkan tembaga dalam pigmen hijau yang digunakan untuk menandai garis pantai yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
"Pernisnya menjadi sangat kuning dan gelap, kertasnya terangkat dan melengkung, peta itu telah digulung," kata Cloughley.
"Ada retakan, tetesan air dan beberapa bagian yang hilang, peta itu telah menjalani hidup yang panjang.”
Warna asli peta terungkap
Para konservator di Grimwade Center memulai kerja keras merestorasi peta Australia kuno ini dengan mengambil ratusan foto dari peta itu, membaginya menjadi kotak-kota yang bisa dikerjakan.
Tim spesialis menghabiskan lebih dari 700 jam dengan menggunakan kaca pembesar di bawah sinar UV, dengan hati-hati guna menyingkirkan pernis dengan pisau bedah sebelum melepaskan jejak-jejak pernis terakhir dengan menggunakan pelarut yang mengandung gel.
Warna asli peta tersebut - emas, hijau, merah dan kuning - muncul dalam fokus yang lebih terang, begitu pula dengan teks hitam di panel sekitarnya.
"Semua pigmen dan warna asli yang pernah digunakan didalam peta kuno itu masih ada di sana, warna-warna itu hanya dikaburkan oleh semua lapisan pernis itu," kata Cloughley.
"Anda benar-benar tidak bisa menghargai tingkat kerumitan peta ini sampai para kurator berhasil melepaskan pernisnya."
Terancam lapuk
Peta Blaeu ini akan dipamerkan di Treasures Gallery di Perpustakaan Nasional Australia sampai pertengahan 2018. Peta kuno itu dipasang di papan yang sedikit miring untuk meminimalkan kemungkinan efek gravitasi.
Para kurator dari NLA juga terus mengamati dengan seksama, dan mewaspadai akan adanya kemerosotan lebih lanjut. "Kami telah menguji peta ini dengan menggunakan salah satu peralatan baru kami, sebuah spektrofotometer warna ... [yang mengukur] perubahan warna sebelum mereka terlihat oleh mata manusia," kata Ms Cloughley.
"Kami telah melakukan pengujian kami terlebih dahulu sebelum peta kuno ini dipajang, kami akan melakukan beberapa pengujian saat dipajang, dan kemudian kami akan melakukan pengujian lagi setelah dipamerkan ... untuk memastikan tidak ada yang terjadi di antaranya.
"Peta ini sangat berharga - sungguh menakjubkan."
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.