Kamis 14 Dec 2017 14:43 WIB

Tingkat Adopsi Anak di Australia Meningkat

Tingkat adopsi di Australia pernah mencapai rekor terendah tahun lalu.
Foto: ABC
Tingkat adopsi di Australia pernah mencapai rekor terendah tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tingkat adopsi di Australia terus meningkat, setelah sempat menurun selama bertahun-tahun, bahkan berada di titik terendah pada tahun lalu.

Angka terbaru menunjukkan ada 315 adopsi pada periode 2016-2017. Angka ini akan dirilis oleh Australian Institute for Health and Welfare (AIHW), Jumat (15/12). Artinya ada peningkatkan dari jumlah terendah, yakni 278 pada tahun lalu.

Kelompok advokasi Adopt Change menyambut baik jumlah kenaikan tersebut, tapi menurutnya banyak yang harus dilakukan untuk memudahkan proses bagi para calon orang tua angkat.

"Dalam penelitian kami ditemukan prosesnya sangat luar biasa rumit dan berbeda di tiap negara bagian," ujar Renee Carter, CEO Adopt Change kepada program News Breakfast milik ABC TV.

"Ada kebijakan dan proses yang berbeda-beda soal adopsi, yang seharusnya lebih teratur untuk memastikan orang tua angkat adalah orang yang tepat bagi anak tersebut.

"Tapi sering kali ada penundaan yang lama tanpa alasan jelas, hilangnya dokumen, dan lain-lain."

Renee mengatakan idealnya anak-anak tetap bersama orang tua kandungnya, kemudian pemerintah melakukan intervensi awal untuk menjaga keluarga tetap bersama. Adopt Change memperkirakan ada 40 ribu anak-anak yang saat ini tidak diasuh di rumah.

Mereka mengatakan sejumlah anak-anak bisa berpindah lebih dari 20 panti asuhan sepanjang masa kecil mereka, sebelum mereka kembali ke orang tua kandung atau diadopsi secara formal.

'Saya milik siapa?'

Brad Murphy adalah mantan pemain liga footy Australia (AFL) yang menjadi suara bagi mereka yang diadopsi dalam beberapa tahun terakhir. Ia lahir dari orang tua yang kecanduan narkoba. Setelah ayahnya dipenjara dan ibunya 'kabur', ia masuk panti asuhan di usia 16 bulan.

Brad Murphy mengatakan pergi ke panti asuhan membuat anak-anak merasa tak yakin dengan masa depan mereka.
Brad Murphy mengatakan pergi ke panti asuhan membuat anak-anak merasa tak yakin dengan masa depan mereka.

ABC News: Patrick Wood

Brad menganggap dirinya termasuk 'yang beruntung' setelah tinggal bersama satu keluarga sepanjang masa kecilnya, dan akhirnya diadopsi setelah ia berusia 18 tahun. Tapi tentu saja jalannya tidaklah mulus.

"Bagian tersulit adalah saya merasa bukan milik orang tua saya," katanya.

"Saya tahu saya tidak akan ke mana-mana saat itu, tapi secara hukum saya tidak diadopsi dan saya berjuang."

Hal-hal kecil seperti pergi ke acara sekolahan atau bermain footy menjadi sulit, karena tanpa memiliki izin yang ditandatangani orang tua yang diakui secara resmi, maka ia harus melalui proses birokrasi untuk mendapat persetujuan.

"Saya rasa harus lebih banyak keluarga datang ke panti asuhan dan bahkan mengadopsi," kata Brad.

"Ada kebutuhan bagi orang-orang untuk ikut dan membantu masalah ini."

Adopsi di luar negeri

Sebagian besar adopsi adalah mengambil anak-anak Australia, namun sebagian besar berasal dari orang tua yang mengadopsi anak-anak dari luar negeri. Di tahun 2016-2017, 22 persen adopsi masuk dalam kategori "intercountry" atau berasal dari negara-negara Asia.

AIHW menemukan waktu tunggu untuk adopsi "intercountry" sudah dipercepat, yakni menjadi sekitar tiga tahun. Sementara tidak ada data nasional mengenai lamanya pemrosesan di Australia.

"Kita adalah negara dunia pertama dan jika membuat proses lebih mudah maka akan lebih bermanfaat bagi 40 ribu anak-anak," kata Brad.

Renee mengatakan ia melihat adanya pergeseran dari cara pandang di Australia. "Saya rasa sekarang benar-benar ada pemahaman di Australia bahwa status adopsi tetap sangatlah penting bagi anak-anak," katanya.

"Mudah-mudahan perubahan angka ini menjadi sebuah awal cerminan apa yang sebenarnya dibutuhkan anak-anak."

Disadur dari artikel aslinya dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca disini.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/tingkat-adopsi-australia-meningkat/9258476
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement