Sabtu 16 Dec 2017 05:00 WIB

Indonesia Selalu Bela Palestina, Ini Penjelasan Menag

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin
Foto: ROL/Fakhtar Khairon Lubis
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan sejak merdeka, Indonesia selalu memberi perhatian terhadap persoalan Palestina. Hal itu menurut Menag tidak terjadi begitu saja. Menag menyebut ada sejumlah alasan kenapa Indonesia selalu membela Palestina.

Alasan itu, pertama, sebagai sebuah bangsa, Indonesia bisa merasakan rasanya dijajah, pahit dan sulitnya keadaan ketika dijajah. Karenanya, Konstitusi Indonesia menyatakan: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

“Sekarang, sudah tidak eranya lagi penjajahan. Ini adalah era globalisasi, era di mana sekat-sekat administrasi wilayah geografis tidak secara kaku membatasi kita. Sehingga saat ini, semangatnya adalah semangat untuk bersinergi dan bekerjasama" terang Menag di hadapan 80-an wartawan berbagai media, saat menjadi Pembicara pada Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di Ruang Serba Guna Ruslan Abdulgani, Komplek Kemenkominfo Jalan Merdeka Barat No 09, Jakarta, Jum'at (15/12).

Alasan kedua, Indonesia adalah bangsa religius. Dalam agama, ada penolakan terhadap pelanggaran hak asasi manusia suatu bangsa oleh bangsa lain. “Semua agama, tidak membenarkan penjajahan," kata Lukman.

Lukman melihat, tidak bisa dipungkiri bahwa Yerusalem adalah Kota 3 agama besar dunia (Yahudi, Nasrani dan Islam). Indonesia sebagai bangsa dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, dengan keberadaan Masjid Aqsa di Yerusalem, mempunyai keterikatan.

"Masjid al-Aqsa adalah satu-satunya Masjid yang kedudukannya hampir sama dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Awal Islam, Masjid Aqsa (Baitul Maqdis) bahkan menjadi kiblat shalat lebih dari 10 tahun. Rasulullah SAW pun melakukan Mi'raj dari Yerusalem. Sangat wajar jika Umat Islam mempunyai keterkaitan kuat dengan Yerusalem," ucapnya.

Menag juga mengingatkan, bahwa Palestina memberi dukungan atas Kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 4 September 1944.

Terkait solusi atas klaim Trump, Indonesia, menurut Menag, lebih cenderung win-win solution. Menurutnya, two state solution (solusi pengakuan dua negara) adalah solusi paling rasional dan paling adil, karena masalah Palestina bukan masalah agama, tetapi lebih tentang kemanusiaan.

Pada Forum yang mengangkat tema; Indonesia Bersama Palestina tersebut, selain Menag, hadir juga Taher Hamad (Minister Counsellor of The State of Palestine) dan Sunarko (Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri) sebagai nara sumber. Taher berterima kepada rakyat dan pemerintah Indonesia yang selalu membela Palestina untuk merdeka. Taher tak lupa menceritakan sejarah Palestina dan sejarah Israel yang hingga kini menjajah Palestina.

Sementara Sunarko yang mewakili Menlu, menceritakan kondisi terbaru atas usaha dan perjuangan Indonesia dalam merespon pengakuan sepihak Donald Trump.

 

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement