Sabtu 16 Dec 2017 18:30 WIB

AS Identifikasi Dalang Krisis Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Ribuan pengungsi muslim Rohingya bertahan di perbatasan, setelah tentara Bangladesh melarang mereka bergerak menuju kamp pengungsian di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).
Foto: AP/Dar Yasin
Ribuan pengungsi muslim Rohingya bertahan di perbatasan, setelah tentara Bangladesh melarang mereka bergerak menuju kamp pengungsian di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengaku telah mengidentifikasi satu tokoh yang bertanggung jawab atas terjadinya krisis Rohingya di Myanmar. Tokoh ini nantinya yang akan dijatuhkan sanksi oleh AS.

"Kami terus memeriksa keadaan di semua peristiwa sejak serangan pada Agustus yang menyebabkan orang-orang (Rohingya) keluar dari Myanmar secara luar biasa dan telah mengidentifikasi satu individu serta memeriksa individu lain untuk bertanggungjawab atas sanksi yang ditargetkan AS,"  kata Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson pada Jumat (15/12).

Kendati demikian, Tillerson belum mengumumkan identitas individu yang bertanggung jawab terhadap krisis Rohingya. Namun panglima militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing diperkirakan akan terhindar dari sanksi AS. Hal ini diungkapkan oleh tiga pejabat AS dan asisten kongres yang fokus pada isu Rohingya.

Ada pun sanksi yang akan dijatuhkan AS yakni berupa pembekuan aset kekayaan serta larangan perjalanan ke AS. Namun beberapa pejabat AS memperkirakan sanksi ini pun tak akan menyentuh orang-orang yang menduduki jabatan tinggi di institusi militer Myanmar.

Pada November lalu, Tillerson telah menyatakan bahwa kekerasan yang terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar, merupakan pembersihan etnis. Oleh sebab itu AS akan mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi terhadap mereka yang bertanggungjawab dalam kejadian tersebut.

Pada Agustus lalu, militer Myanmar menggelar operasi militer di negara bagian Rakhine. Operasi yang dilakukan dengan dalih untuk mencari kelompok pemberonta kini justru menyasar warga sipil Rogingya. Militer Myanmar disebut membantai serta memperkosa etnis Rohingya yang tinggal di daerah tersebut.

Operasi militer ini menyebabkan lebih dari setengah juta etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Mereka mengaku trauma dan segan untuk kembali ke permukimannya di Rakhine.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement