REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Wakil Presiden AS Mike Pence menggelar kunjungan mendadak ke Afghanistan untuk bertemu para pemimpin negara tersebut. Kunjungannya juga dilaporkan untuk menunjukkan komitmen AS terhadap negara itu, empat bulan setelah Presiden AS Donald Trump menyetujui perang terbuka melawan pemberontak.
Pence tiba dengan sebuah pesawat militer di Bagram Airfield pada Kamis (21/12) malam, setelah meninggalkan Washington pada Rabu (20/12) malam. Dia kemudian terbang dengan helikopter ke Kabul, tempat dia bertemu dengan Presiden Ashraf Ghani dan Chief Executive Abdullah Abdullah di istana kepresidenan.
Meski dalam kampanye presiden, Trump menyerukan untuk menarik mundur pasukannya dari Afghanistan, pada Agustus lalu ia justru mendukung peningkatan operasi militer untuk melawan Taliban. Ia memberi isyarat, AS akan mengirim lebih banyak tentara untuk berperang dalam perang terpanjang dalam sejarah Afghanistan.
Pada akhir Agustus, ada sekitar 11 ribu tentara AS di Afghanistan dan sejak itu ada lebih banyak lagi yang tiba. Pence mengatakan kepada wartawan, strategi peningkatan pasukan di lapangan dan pemberian otoritas yang lebih besar bagi para komandan militer telah sangat menguntungkan.
"Hasilnya benar-benar mulai terlihat jelas di seluruh negeri," katanya.
Ia menambahkan, Ghani dan Abdullah telah mengakui mereka mulai melihat perubahan dalam sikap Taliban. Pence berharap pada akhirnya musuh akan bosan kalah dan bersedia berdamai.
Pence mengatakan, dia telah mendesak para pemimpin Afghanistan untuk melakukan reformasi politik. Presiden Ghani meyakinkannya, sebuah komisi pemilihan sedang mengembangkan sebuah kerangka kerja untuk pemilihan parlemen pada 2018.
Pence awalnya merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Israel dan Mesir pekan ini. Namun dia menunda kunjungan tersebut dan tetap berada di Washington saat Kongres mengeluarkan undang-undang untuk merombak undang-undang perpajakan AS.
Kunjungan singkatnya ke Afghanistan diselimuti kerahasiaan karena alasan keamanan. Wartawan yang bepergian dengan wakil presiden diminta untuk tidak mengungkapkan keberadaannya sampai delegasi tiba di pangkalan udara dan Pence telah berbicara dengan pasukan AS.
Pence hampir tidak berhasil sampai ke istana kepresidenan Afghanistan. Helikopter yang ia tumpangi sempat kembali ke Bagram karena kabut, namun akhirnya pilot bisa menemukan rute jalan.
Di Bagram, Pence sempat mengucapkan terima kasih kepada tentara-tentara AS. "Di bawah Presiden Donald Trump, angkatan bersenjata Amerika Serikat akan tetap terlibat di Afghanistan sampai kita menghilangkan ancaman teroris di tanah air kita, rakyat kita untuk selamanya," kata Pence.
Pasukan AS telah terlibat dalam pelatihan pasukan keamanan Afghanistan dan operasi kontra-terorisme. Mereka berharap dapat membalikkan keuntungan Taliban dan mendorong kelompok itu untuk bernegosiasi demi perdamaian. Sekitar 2.400 pasukan AS telah tewas di Afghanistan sejak awal invasi AS.