Sabtu 30 Dec 2017 06:47 WIB

Pesawat Pengebom Rusia di Indonesia, Australia Waspada

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Teguh Firmansyah
Pesawat tempur Angkatan Udara Rusia, Sukhoi Su-24.
Foto: Guns.com
Pesawat tempur Angkatan Udara Rusia, Sukhoi Su-24.

REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Pangkalan Udara Royal Australian Air Force (RAAF) di Darwin, Australia, sempat meningkatkan kewaspadaan pada awal Desember ini.

Peningkatkan kewaspadaan ini terjadi seiring dengan kehadiran beberapa pesawat dan lebih dari 100 personel Rusia di Pangkalan Udara di Biak, Indonesia, yang terletak di bagian timur Provinsi Papua.

Saat singgah selama lima hari, dua pesawat pengebom strategis TU-95 terbang ke arah Samudera Pasifik bagian selatan dalam misi patroli pertama mereka.

Tindakan ini menimbulkan kekhawatiran pihak keamanan Australia bahwa Rusia sedang mengumpulkan beberapa informasi militer yang berharga. Menteri Pertahanan Rusia mengatakan, pesawat pengebom mereka diterbangkan dengan misi kewaspadaan udara di perairan netral yang terletak di Samudera Pasifik bagian selatan. Misi patroli ini berlangsung selama lebih dari delapan jam.

Kepada ABC, Departemen Pertahanan Australia mengatakan Australian Defence Force (DEF) atau pasukan pertahanan Australia akan menjaga kesiagaan mereka dalam taraf sepantasnya untuk merespons keadaan yang sedang berkembang. Akan tetapi, Departemen Pertahanan Australia tidak menyebutkan aktivitas Rusia secara spesifik dalam pernyataannya.

"Tidak ada kejadian pesawat terbang asing yang tak terjadwal atau tanpa pemberitahuan yang beroperasi di wilayah udara Australia selama periode ini," tegas Departemen Pertahanan Australia dalam menjawab isu ini, seperti dilansir ABC, Sabtu (30/12).

Pihak Departemen Pertahanan Australia juga menyangkal jika Pangkalan Udara RAAF di Darwin pernah berada dalam status lockdown. Meski begitu, sumber tersebut menyadari bahwa pada Desember awal terjadi peningkatan kesiapsiagaan dalam kurun waktu yang singkat di Pangkalan Uadara RAAF di Darwin.

"Ini tak akan mengejutkan saya jika pasukan militer kita meningkatkan level kewaspadaan mereka sebagai respons (kehadiran pesawat Rusia)," ujar salah satu ahli di bidang pertahanan Australia sekaligus Direktur Australian Strategic Policy Peter Jennings.

Ia menilai wajar jika timbul kekhawatiran pihak Rusia mengumpulkan informasi penting. Alasannya, tak mungkin pihak Rusia datang jauh-jauh tanpa ada keinginan untuk melihat sekutu signifikan Amerika Serikat yang eroperasi di luar RAAF di Darwin dan RAAF di Tindall yang terletak sedikit ke arah selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement