REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina tidak lagi mengimpor sampah dari luar negeri, termasuk plastik, kertas dan bahan tekstil. Mulai 1 Januari 2018 Beijing tidak lagi melakukan daur ulang 24 jenis sampah dari luar negeri, dalam usaha mengurangi polusi dan meningkatkan kesehatan warga mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, Cina sudah menjadi pasar sampah terbesar di dunia. Di 2016, Cina memproses 7,3 juta ton sampah plastik, angka ini lebih dari setengah dari jumlah plastik yang didaur ulang di dunia.
Sekarang perusahaan daur ulang mencari negara lain seperti Malaysia dan Vietnam untuk menerima dan mendaur ulang sampah-sampah plastik. Namun dengan kapasitas di negara lain yang belum mencukupi untuk mendaur ulang apa yang sudah dilakukan Cina selama ini, organisasi pendaur ulang mengkhawatirkan larangan yang diberlakukan Cina akan menyebabkan meningkatnya penimbunan sampah plastik.
Di Cina, langkah yang diambil ini menurut harian South China Morning Post disebut merupakan tindakan yang akan membuat dunia berpikir ulang lagi mengenai pengelolaan sampah mereka.
Dalam sebuah artikel berjudul '24 alasan mengapa pelarangan Cina akan sampah merupakan peringatan bagi produsen sampah dunia', artikel itu mengatakan pelarangan ini akan membuat negara-negara seperti Australia dan Inggris 'melakukan sistem pendaur ulang yang lebih agresif.'