REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pemerintah Palestina akan memboikot rencana kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence ke wilayahnya pekan depan. Ini merupakan bentuk protes Palestina terhadap AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
"Posisi kami tidak berubah dan tidak akan berubah selama pemerintahan AS saat ini terus bersikap bias terhadap Israel," ujar pembantu senior Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Shaath, dalam sebuah pernyataan pers yang dikutip laman Middle East Monitor pada Rabu (10/1).
Shaath mengungkapkan, perjalanan Pence nanti memang tidak mencakup kunjungan ke Ramallah sebagai basis pemerintahan Palestina. "Karena dia (Pence) tahu bahwadia tidak akan diterima jika memutuskan untuk berkunjung ke sini," ujarnya.
Menurut Shaath, sikap AS yang bias Israel sudah sangat kentara. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan keputusannya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, tapi juga keputusannya membekukan dana untuk United Nation Relief and Works Agency forPalestine Refugees (UNRWA). UNRWA adalah badan PBB yang bertugas khusus untukmenyediakan bantuan serta kebutuhan pengungsi Palestina.
Baca juga, Mengapa Trump Akui Yerusalem Ibu Kota Israel?
Pada Desember 2017 lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal ini memicu protes berbagainegara, terutama negara-negara Arab. Keputusan tersebut dinilai telah mengubur impian Palestina untuk menjadi negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagaiibu kotanya.
Setelah keputusan tersebut, Abbas menyatakan, posisi AS sebagai mediator dalamperundingan damai Israel-Palestina tersisih. Sebab menurutnya, diakuinyaYerusalem sebagai ibu kota Israel merupakan bukti konkret bahwa AS berpihakpada Israel.