REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Misteri seputar kapal yang memburu reruntuhan pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang makin meningkat setelah kapal tersebut merapat di Perth secara rahasia. Kapal Seabed Constructor menghabiskan dua minggu menjelajahi dasar laut di Samudera Hindia bagian selatan untuk mencari potongan badan atau puing-puing pesawat MH370.
Pada Kamis (8/2), kapal itu merapat di wilayah Henderson, selatan Perth tanpa mengonfirmasi rumor yang beredar baru-baru ini tentang pergerakannya. Rumor muncul setelah kapal ini berhenti mentransmisikan lokasinya saat berada di dekat lokasi sebuah kapal karam bersejarah.
Kapal tersebut telah menjadi subyek spekulasi internet yang intens setelah ia secara misterius mematikan transpondernya saat berada di laut, memicu para pengamat untuk mempertanyakan keberadaannya dan apa yang sedang dilakukannya. Operator kapal yang berbasis di Texas, Ocean Infinity belum mengomentari tentang periode "pemadaman" yang berlangsung lebih dari tiga hari atau tentang kemajuan kapal sejauh ini dan telah menolak memberikan wawancara saat kapal tersebut berada di pelabuhan.
Perusahaan komunikasi yang mewakili operator tersebut mengatakan kapal tersebut akan menjalani persinggahan cepat di Perth sebelum awak kapal melanjutkan pencarian. Akses ke dermaga di Henderson dibatasi namun kapal itu bisa dilihat dari jarak pandang terdekat. Satu teori seputar pergerakan mencurigakan dari kapal Seabed Constructor adalah kapal itu pergi keluar jalur untuk mengambil peti dari kapal karam di dekatnya.
Teori lainnya menyebutkan kapal itu menemukan sesuatu yang menarik sehubungan dengan reruntuhan MH370 dan mematikan sistem identifikasi otomatisnya untuk membatasi kesedihan keluarga dari 239 korban yang mungkin melacak kemajuan pencarian. Pemerintah Malaysia telah menandatangani kesepakatan "tak ada penemuan, tak ada pembayaran" dengan Ocean Infinity.
Jika kapal itu tidak menemukan reruntuhan MH370, Ocean Infinity hanya mendapat 20 juta dolar AS (atau setara Rp 200 miliar) hingga 70 juta dolar AS (atau setara Rp 700 miliar).
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.