REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia tampaknya mulai mengekspor mangga ke Australia untuk pertama kalinya, setelah kesepakatan perdagangan dilakukan antara kedua negara ini di Melbourne pekan lalu.
Menurut media lokal Indonesia, pengiriman pertama mangga Indonesia akan tiba pada Oktober, menempatkan mereka dalam persaingan langsung dengan panen di Australia. Sementara banyak petani kebun Australia mengatakan mereka marah dengan kesepakatan tersebut, CEO Asosiasi Industri Mangga Australia, Robert Gray, tetap tenang.
"Saya rasa ini bukan masalah besar bagi petani Australia karena mangga Australia telah mendapatkan posisi yang sangat kuat di pasar dan produk yang dikembangkan orang Australia adalah mangga pilihan konsumen," katanya.
"Mangga India, mangga Pakistan dan Vietnam semuanya telah diberi akses ke Australia dalam beberapa tahun terakhir, dan pengalaman telah menunjukkan mereka semua berjuang mendapatkan pijakan di pasar kami karena industri kami sangat baik dalam menyalurkan mangga bagus ke pasar," katanya.
Gray mengatakan Indonesia telah mengincar untuk mengekspor mangga ke Australia selama sekitar 25 tahun, dengan negosiasi dimulai pada November 2015 untuk mengerjakan sebuah protokol pengiriman buah tersebut. Departemen Pertanian Australia mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan Indonesia mencari akses pasar untuk mangga melalui jalur perawatan penyinaran, dan sebuah pendekatan telah disetujui selama pertemuan Australia-Indonesia di Melbourne pekan lalu.
"Sistem dan prosedur jalur perawatan ini diharapkan akan berjalan tepat pada waktunya untuk musim ekspor mangga yang akan datang yang diperkirakan akan dimulai pada September," kata departemen tersebut.
Pemerintah bungkam soal impor
Jika perdagangan adalah jalan dua arah, maka Pemerintah Australia nampaknya bertekad hanya untuk membicarakan satu jalur. Setelah forum perdagangan minggu lalu di Melbourne, Menteri Pertanian Australia David Littleproud, dengan gembira mengumumkan petani kentang benih di seluruh Australia Selatan dan Victoria akan merayakan setelah terjadinya terobosan hari ini dalam mengamankan akses pasar baru ke Indonesia
Great to catch up with the team at Acacia Hills, even if it was bucketing down ☔️. The farm is one of the biggest calypso mango growers in the Top End. pic.twitter.com/qzxJsu6q9S
— David Littleproud MP (@D_LittleproudMP) February 16, 2018
Menurut sang Menteri, lebih dari 300 petani kentang benih sekarang bisa mengekspor produk mereka ke Indonesia - tapi berapa besar ongkosnya bagi industri buah mangga dan buah naga Australia, yang sekarang akan menghadapi persaingan dari produk impor?.
Littleproud terbang ke Wilayah Utara Australia (NT) pada Jumat (16/2) dan mengunjungi perkebunan mangga dekat Darwin di mana, menurut para petani mangga setempat, ia tak menyebutkan kesepakatan Indonesia yang telah ditandatangani sehari sebelumnya.
"Ia terus mengatakan ia berada di sana untuk membantu kami dan tidak menyebutkan apapun yang akan menghancurkan kami," kata seorang petani mangga.
"Kami telah digadaikan atau diperdagangkan untuk komoditas lain ... saya akan mengatakan bahwa David Littleproud tidak bisa dibanggakan sama sekali," kata petani mangga NT, Leo Skliros.
Skliros percaya impor dari Indonesia akan merugikan petani lokal Australia. "Bagian atas pasar ditentukan oleh bagian bawah, jadi produk inferior yang masuk mungkin tidak bersaing langsung [dengan buah] kami di supermarket, tapi bagi banyak bisnis mereka membeli buah yang lebih rendah itu dan itu akan membuat harga turun," ujarnya.
Dalam sebuah pernyataan, Littleproud mengatakan impor mangga ke Australia bukanlah hal baru, dan ia membela pandangan Pemerintahnya mengenai perdagangan. "Petani Australia mengandalkan ekspor hasil panen mereka ke luar negeri, dan ekspor kami bergantung pada Australia yang juga menerima impor dari luar negeri sebagai gantinya," katanya.
Petani buah naga hadapi lebih banyak impor
Departemen Pertanian Australia mengatakan juga sedang melakukan kajian persyaratan biosekuriti untuk memungkinkan impor buah naga segar dari Indonesia. Rancangan laporan telah dipublikasikan untuk konsultasi pemangku kepentingan, dan pengajuannya ditutup pada 19 Maret.
"Laporan akhir diperkirakan akan dipublikasikan pada pertengahan 2018," kata departemen tersebut.
"Ekspor hanya bisa dimulai begitu Australia merasa puas bahwa Indonesia bisa memenuhi persyaratan biosekuriti."
Industri buah naga Australia sudah mengalami imbal hasil yang menurun, setelah Pemerintah Australia tahun lalu mengizinkan Vietnam untuk mulai mengekspor buah eksotis itu ke Australia. Petani di NT, Marcus Karlsson, mengatakan ia mengalami salah satu musim terburuknya karena buah Vietnam telah membuat harga turun.
Pekan lalu, Karlsson mengatakan ia kehilangan sekitar 20 dolar AS (atau setara Rp 200 ribu) per nampan dan mempertimbangkan dengan serius masa depannya di industri ini. Ketika ditanya tentang prospek impor yang masuk dari Indonesia, ia mengatakan bahwa hal itu akan semakin merugikan petani lokal.
"Ini hanya contoh lain dari Pemerintah Federal kami yang melakukan segala yang terbaik untuk menghancurkan industri NT. Dan pada dasarnya, kami punya Menteri [David Littleproud] yang menyuruh kami untuk menerima begitu saja. Karena itu membantu kami," katanya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.