Kamis 22 Feb 2018 18:54 WIB

Mata-Mata Cina Disebut Susupi Kelompok Gereja di Australia

Ribuan mata-mata Cina tersebar di berbagai kehidupan publik di Australia.

Huang Xiangmo (kanan) menyumbang 1,8 juta dolar AS untuk mendirikan lembaga penelitian yang dipimpin Bob Carr.
Foto: ABC
Huang Xiangmo (kanan) menyumbang 1,8 juta dolar AS untuk mendirikan lembaga penelitian yang dipimpin Bob Carr.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Ribuan mata-mata Cina telah mengintegrasikan diri ke dalam kehidupan publik di Australia mulai dari bidang politik, akademisi, bisnis hingga ke gereja-gereja di pinggiran kota dan kelompok penulis lokal.

Demikian disebutkan dalam buku kontroversial yang akan diterbitkan Senin mendatang. Buku berjudul Silent Invasion: How China Is Turning Australia into a Puppet State, ditulis Clive Hamilton, profesor etika publik pada Universitas Charles Sturt.

Di dalam buku tersebut, Prof Hamilton menuding kampanye spionase dan pengaruh intrik Cina yang sistematis mengarah pada erosi kedaulatan Australia. Erosi itu sebagian disebabkan gelombang migrasi Cina ke Australia belum lama ini, termasuk "miliuner dengan sejarah buram dan berhubungan erat dengan partai (Komunis Cina), pemilik media corong Beijing, mahasiswa 'patriotik' yang dicuci otaknya sejak lahir, serta profesional dalam asosiasi pro-Beijing yang didirikan kedutaan besar Cina," tulis Prof Hamilton.

Professor Clive Hamilton has been a strong critic of Chinese interference in Australian affairs.
Professor Clive Hamilton sangat kritis terhadap campur tangan China di Australia.

ABC News mendapatkan salinan buku yang belum dipublikasikan, yang akan diterbitkan di tengah perdebatan mengenai pengaruh Cina di Australia dan kekhawatiran Beijing memiliki ribuan mata-mata tak resmi di negara tersebut. Keprihatinan semakin diperkuat oleh Pemerintah akhir tahun lalu, ketika Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengumumkan rencananya memberlakukan UU Intervensi Asing untuk menangkal spionase tersebut.

PM Turnbull saat itu secara tegas mengutip slogan komunis Cina yang terkenal untuk menyatakan Australia akan menghadapi pemerintahan asing yang ikut campur dalam urusan Australia. Buku ini diperkirakan menimbulkan kecemasan di kalangan politikus Australia.

Buku ini memuat nama lebih dari 40 politikus dan mantan politikus Australia yang menurut Prof Hamilton sedang melakukan pekerjaan bagi pemerintah totaliter Cina, terkadang tanpa disadari. Kebanyakan di antaranya nama berpengaruh.

"(Mantan perdana menteri Bob) Hawke dan (Paul) Keating, ketika karier politik berakhir, mereka terus menjadi teman Cina terpercaya, bolak-balik di antara kedua negara, bergaul dengan para kader dan konglomerat teratas," tulis Prof Hamilton.

"Bila kaitan Hawke dengan Cina terbukti menguntungkan, Keating lebih tertarik pada pengaruh," katanya.

'Beijing Bob'

Seluruh bab, berjudul Beijing Bob, didedikasikan untuk mantan menteri luar negeri dari Partai Buruh serta menteri utama New South Wales Bob Carr. Bab ini menuduh Bob Carr "mendorong sikap agresif pro-Cina di kaukus Partai Buruh".

Prof Hamilton mencatat penunjukan Carr pada 2015 sebagai direktur pendiri Institut Penelitian Australia-Cina (ACRI) di University of Technology, Sydney.

ACRI didirikan dengan sumbangan 1,8 juta dolar AS dari pengembang properti miliuner Huang Xiangmo, yang menyumbangkan jutaan dana kepada politisi Australia dan digambarkan dalam buku tersebut sebagai salah satu agen paling berpengaruh Beijing di Australia.

"Huang berada di tengah jaringan pengaruh yang meluas ke dunia politik, bisnis dan media," tulis Prof Hamilton.

Huang telah menjadi subyek spekulasi publik sejak ABC News mengungkapkan jutaan dolar sumbangan politiknya, dan hubungannya dengan politisi federal, dalam serangkaian pemberitaan pada tahun 2015, 2016 dan 2017.

"Mari kita sebut Institut Riset Australia-Cina seperti apa adanya," tulis Prof Hamilton.

"Sebuah perangkat propaganda yang didukung Beijing, menyamar sebagai lembaga penelitian sah, tujuan utamanya untuk memajukan pengaruh PKC (Partai Komunis Cina) di kalangan pengambil kebijakan dan politik Australia, sebuah organisasi yang diselenggarakan oleh universitas yang komitmennya terhadap kebebasan akademik dan praktik yang benar dipengaruhi uang, dan dipimpin mantan politikus yang mengalami sindrom kekurangan relevansi yang tak menyadari betapa berharganya dirinya bagi Beijing," demikian ditulis dalam buku itu.

Huang membantah sumbangan dan pengaruhnya di masyarakat Australia terkait dengan Pemerintah Cina. Dia menggambarkan tuduhan tersebut sebagai sindiran dan rasialisme.

Bob Carr, yang menolak berkomentar untuk artikel ini, sebelumnya mengatakan ACRI "berpandangan positif dan optimistis" tentang hubungan Australia-Cina, "independen" dan "non-partisan". Dia menolak pendapat dia bekerja bersama atau untuk PKC atau proksinya.

Bob Carr 'frustrated' by Israeli lobby and lack of First Class fares
Bob Carr dituding menjalankan "propaganda yang didukung Beijing". 7.30 Report

Buku ini juga merinci daftar akademisi Cina-Australia yang menurut Prof Hamilton membiarkan pengiriman penelitian keamanan nasional yang signifikan - di bidang sensitif seperti ruang angkasa, kecerdasan buatan dan teknik komputer - dari universitas-universitas Australia ke militer Cina.

Silent Invasion tampaknya juga menimbulkan perpercahan pendapat di Parlemen Australia. Partai Buruh dan Liberal dalam komite rahasia parlemen saling bertentangan dalam soal perlindungan hukum untuk buku tersebut. Rencana penerbitan digital buku ini digagas anggota badan pengawas intelijen Parlemen, Komite Gabungan Intelijen dan Keamanan Parlemen (PJCIS).

Hal ini menjadi yang pertama kalinya bagi parlemen Australia menerbitkan sebuah buku secara keseluruhan. Sebab hal ini akan memberikan hak istimewa parlementer terhadap buku tersebut dalam melindungi isinya dari gugatan hukum.

Sementara anggota komite dari Liberal mendukung penerbitan ini, mayoritas anggota dari Buruh menolak dengan alasan tidak selayaknya Parlemen Australia memberikan izin buku tersebut. Silent Invasion diajukan kepada komite sebagai bagian dari penyelidikan UU Interferensi Asing.

Pemberian izin penerbitan buku oleh komite akan dipandang sebagai tindakan menantang bagi Beijing, yang sudah merasa tersinggung dengan pengumuman PM Turnbull.

"Mengkooptasi" Tuhan

Di bagian lain buku ini, Profesor Hamilton menggambarkan hubungan aneh antara gereja Kristen Cina di Australia dan Partai Komunis Cina yang ateis, yang memiliki sejarah menindas Kekristenan di negara itu.

The cover of the controversial book, Silent Invasion, authored by Professor Clive Hamilton.
Sampul buku Silent Invasion karya Professor Clive Hamilton.

Dia merujuk pada laporan rahasia Pemerintah Cina yang menginstruksikan aparat Cina untuk menyusup ke gereja-gereja di luar negeri yang memiliki jemaat orang Cina. "Mereka menginstruksikan kader untuk memantau, menyusupi dan 'menodai' gereja-gereja Cina di luar negeri dengan cara aktif mempromosikan konsep PKC tentang Kecinaan dan 'cinta spiritual'," tulisnya.

Pada 2014, dia mencatat, website Canberra Chinese Methodist Church memuat pernyataan yang menghubungkan kebangkitan PKC sebagai kehendak Tuhan:

"Kebenaran menakjubkan dari Xi Jinping, Presiden Republik Rakyat Cina, dan kebangkitan sebuah bangsa besar yang merupakan Cina modern adalah bagian dari rencana, predestinasi dan restu Tuhan."

Banyak pendeta gereja Cina di Australia percaya bahwa kongregasi mereka telah disusupi oleh kader-kader pemerintah Cina, demikian menurut Prof Hamilton.

"Seorang pastor memberitahu saya: 'Ada banyak komunis di komunitas gereja kami.' Dia menduga sekitar seperempat atau sepertiganya komunis atau pernah menjadi komunis. Ada yang bergabung dengan gereja tersebut untuk persahabatan, ada yang untuk kontak sosial, yang lainnya adalah aset (Pemerintah Cina)," ujarnya.

Naskah buku ini juga menuduh orang-orang yang terkait dengan Pemerintah Cina telah menyusup ke dunia kepenulisan Australia. Disebutkan sebuah kelompok bernama Australian-Chinese Writer's Association baru-baru ini diambilalih "pasukan pro-Beijing".

Prof Hamilton menggambarkan bagaimana forum kepenulisan terkenal seperti Melbourne Writers Festival dan Writers Victoria tanpa sadar menjadi tuan rumah kelompok penulis lokal Cina yang beroperasi di bawah kendali Beijing. Mereka, katanya, "bertujuan menyebarkan pandangan dunia PKC ke masyarakat Australia, yang sangat tidak toleran terhadap lisensi artistik dan perbedaan pandangan. "

Kemenangan besar untuk Cina

Silent Invasion sangat kontroversial sehingga nyaris tidak bisa dipublikasikan. Seharusnya sudah diterbitkan akhir tahun lalu oleh Allen & Unwin, namun penerbit ini mempertimbangkan kekhawatiran akan ditarget oleh Beijing dan proksinya di Australia. Melbourne University Press juga menolak menerbitkan buku tersebut.

Hal itu menyebabkan Prof Hamilton - penulis berbagai buku tentang perubahan iklim, politik dan ekonomi - untuk menyuarakan apa yang dia gambarkan sebagai usaha PKC memberangus debat publik di Australia. "Ini kemenangan besar bagi kampanye Partai Komunis China dalam menekan suara-suara kritis," tulisa Prof Hamilton kepada CEO Allen & Unwin Robert Gorman saat itu.

Buku itu baru saja diakuisisi oleh Hardie Grant, dikelola oleh Sandy Grant, yang pada tahun 1980-an menerbitkan memoar kontroversial mantan perwira intelijen Inggris Peter Wright. Publikasi itu bertentangan dengan keinginan pemerintah Inggris, yang mencoba menyensor buku tersebut.

Grant menjelaskan kepada ABC dia menyadari penerbitan Silent Invasion dapat mengundang perhatian Pemerintah Cina. Namun dia berharap ini tidak akan serius.

"Ini perdebatan yang terjadi di ABC, New York Times, London Times. Kami hanya satu suara dalam hal itu, seharusnya kami bukanlah duri serius bagi Pemerintah Cina," katanya.

Prof Hamilton mungkin juga memiliki alasan untuk khawatir tentang dampak bukunya ini. Pekan ini PM Selandia Baru Jacinda Ardern memerintahkan petugas intelijen menyelidiki penyusupan di rumah dan kantor pakar Cina terkemuka Selandia Baru Anne-Marie Brady.

Prof Brady menghabiskan kariernya meneliti pengaruh global Cina. Makalahnya pada 2017, Magic Weapons, mendapatkan tanggapan luas ketika mengungkapkan betapa dalamnya pengaruh Cina menembus Pemerintahan Selandia Baru.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/mata-mata-china-susupi-kelompok-gereja-australia/9474482
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement