REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Nasib Komisioner Australian Border Force (ABF) Roman Quaedvlieg yang telah menjalani masa cuti sembilan bulan dengan bayaran tinggi, sekarang berada di tangan Jaksa Agung negara itu. Hal ini menyusul adanya dua penyelidikan terpisah mengenai perilaku yang bersangkutan.
Komisioner Quaedvlieg tetap mendapatkan gaji 500 ribu dolar AS (sekitar Rp 5 miliar) sejak menjalani cuti pada Mei 2017, ketika dilakukan penyelidikan eksternal atas perilaku pribadinya. Dalam rapat dengar pendapat di Senat kemarin, Sekretaris Departemen Dalam Negeri Mike Pezzullo mengungkapkan Australian Commission for Law Enforcement Integrity (ACLI) menyampaikan temuan penyelidikannya atas kasus Komisioner Quaedvlieg pada kuartal ketiga tahun lalu.
Namun kemarin, Kantror Perdana Menteri dan Kabinet (PM & C) mengungkapkan Sekretaris Martin Parkinson telah menyerahkan temuan penyelidikan terpisah kepada Jaksa Agung Christian Porter pada 5 Februari lalu.
Dalam pernyataannya, Jaksa Agung Porter mengatakan PM Malcolm Turnbull menanyai dirinya dan bukan menanyai Mendagri Peter Dutton untuk mengambil keputusan akhir mengenai nasib Quaedvlieg.
"Ini demi mencegah kekhawatiran adanya bias karena Quaedvlieg wajib melapor ke Menteri Dutton berdasarkan UU Australian Border Force," kata Porter.
"Hasil dari permintaan ini, dan sebelum menerima laporan Parkinson, saya meminta nasihat hukum dari Pengacara Pemerintah saya bisa menentukan masalah ini," tambahnya.
"Pada 5 Februari tahun ini, saya menerima laporan Parkinson yang berisi temuan dan rekomendasi yang akan membantu saya mempertimbangkan masalah ini," ujarnya lagi.
ABC mendapat informasi Pemerintah ingin segera menyelesaikan masalah ini, namun Jaksa Agung mengatakan dia tidak akan berkomentar lebih lanjut selama mempertimbangkan laporan tersebut. Senator Penny Wong dari Partai Buruh yang beroposisi menuntut jawaban atas penyelidikan berkepanjangan mengenai perilaku Quaedvlieg.
"Petugas kebersihan di Gedung Parlemen tidak mendapatkan perlakuan semacam ini 'kan?" ujar Senator Wong.
Misteri Twitter porno
Komite Senat juga mendapatkan masukan orang yang bertanggung jawab atas "like" pada klip porno dari akun Twitter resmi Quaedvlieg tetap menjadi misteri. Pada Juli tahun lalu, dua bulan setelah Quaedvlieg cuti dari jabatannya, akun Twitter-nya diketahui me-'like" tweet yang berisi video vulgar.
Rachel Noble dari Depdagri mengatakan penyelidikan ACLI tidak bisa menentukan apakah tindakan tersebut disengaja atau akun tersebut telah diretas.
"Mereka tak menemukan bukti Quaedvlieg menggunakan akun resmi Twitter Komisioner ABF untuk menyukai tweet yang berisi klip porno dari akun 'Lady Mystique'," katanya.
"ACLI juga tak menemukan bukti siapa yang menyukai tweet tersebut atau apakah kejadian itu tak disengaja atau disengaja."
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.