REPUBLIKA.CO.ID, Chris Bowen, politisi dari pihak oposisi Australia yang juga menjabat sebagai bendahara bayangan, mengatakan Australia tidak akan membiarkan Perdana Menteri Kamboja mengintimidasi atau melecehkan pengunjuk rasa saat pemimpin otoriter berkunjung ke Australia bulan Maret ini.
Hun Sen dijadwalkan menghadiri KTT Australia-ASEAN di Sydney. Sebelumnya ia mengeluarkan pernyataan ancaman jika ada pengunjuk rasa yang membakar gambar berbentuk dirinya, maka ia akan membuntuti dan memberi sanksi keras pada pelakunya.
"Sekarang masyarakat Kamboja benar-benar marah dan takut," kata Bowen dihadapan anggota parlemen.
"Kami akan bersama komunitas Kamboja di Australia dan hak mereka untuk melakukan demonstrasi damai."
"Meskipun ia Perdana Menteri, dia tidak akan datang ke negara kita dan bersikap seperti itu."
Hun Sen memegang kekuasaan di Kamboja dengan memberi dirinya sendiri sebuah gelar "Tuan Agung Perdana Menteri Pemimpin Militer Tertinggi". Ia pun mengambil alih upacara-upacara yang secara tradisional biasanya dipimpin oleh raja.
Ia telah memerintah Kamboja selama 33 tahun, melalui kekerasan, membayar para pembelot, dan baru-baru ini "peraturan hukum", dimana tahun lalu ia memanfaatkan pengadilan untuk membubarkan partai oposisi dan pemimpinnya untuk memastikan Partai Rakyat Kamboja kembali memenangkan pemilihan di bulan Juli.
Tapi negara-negara barat yang mengusung demokrasi dan telah memberikan bantuan ke Kamboja, sejak intervensi PBB mulai tahun 1990-an mulai mundur dari Kamboja.
Amerika Serikat memberikan peringatan lewat pengumuman pemotongan bantuan karena demokrasi yang berjalan mundur di Kamboja. Eropa juga mengancam hal yang sama.
Sebaliknya, Australia telah memperkuat hubungan dengan rezim Hun Sen.
Hubungan diplomatik antara Australia dan Kamboja sebagian besar disebabkan karena kesepakatan pemukiman kembali bagi para pengungsi di Nauru, dengan nilai mencapai $55 juta, atau setara dengan Rp 550 miliar.
"Kebijakan Australia sudah selalu untuk melibatkan Hun Sen [tapi] saya pikir sudah waktunya meninggalkannya," kata Mu Sochua, seorang tokoh oposisi senior yang lari dari Kamboja saat partainya dibubarkan.
"Keterlibatan ini selama 25 tahun terakhir belum menunjukkan apa-apa selain memperkuat kekuatan Hun Sen," katanya kepada ABC.
Pemerintahan Hun Sen selama belasan tahun diwarnai dengan korupsi dan kekebalan hukum, dan mengancam akan melancarkan "perang saudara" jika warganya tidak memilihnya pada pemilihan umum di bulan Juli.
"Saya rasa Hun Sen tidak memiliki kesadaran sedikitpun tentang bagaimana tindakan dan komentarnya sampai ke warga internasional," kata Sebastian Strangio, penulis buku Hun Sen's Cambodia kepada ABC.
"Sangat wajar bagi Australia untuk menyuarakan protes terhadap komentar Hun Sen, bahkan jika maksudnya hanyalah retorika."
Di Kamboja, banyak yang yakin Hun Sen yang pernah menjadi anggota Khmer Merah di tahun 1970-an akan melakukan apa yang dikatakannya.
Tahun 2015, dua anggota parlemen oposisi dipukuli sampai babak belur di depan Majelis Nasional oleh anggota unit pengawal Hun Sen.
Puluhan orang tewas, beberapa dieksekusi dalam keadaan diborgol saat kudeta terjadi di tahun 1997. Saat itu faksi Hun Sen merebut kekuasaan dari mitra koalisinya, untuk memperkuat pemerintahan Perdana Menteri.
Pada hari Rabu, Hun Sen tampaknya sedikit melunak mengenai pernyataannya soal ancaman kekerasan di Sydney.
"Jika anjing menggigit kaki kita, maka sulit bagi kita untuk menggigit kembali kaki anjing," kata Hun Sen dihadapan sejumlah pekerja garmen, seperti yang dilaporkan Phnom Penh Post.
"Jika anjing menggonggong, maka sulit untuk menyalak pada anjing itu," kata Hun Sen.
"Adalah salah jika Anda ingin membakar gambar Hun Sen untuk membuat Hun Sen mati. Hun Sen lahir di Tahun Naga, jadi bakar semua naga di pagoda-pagoda, maka Hun Sen baru akan mati," kata Perdana Menteri.
Seorang juru bicara pemerintah Kamboja mengatakan ancaman Hun Sen telah disalahpahami.
"Chris Bowen harus melindungi pendukungnya dan unjuk rasa berjalan damai, tapi pemerintah Australia sebagai tuan rumah tamu-tamu sepsial harus melakukan sesuatu untuk mengatur dan menjaga VIP seperti aturan internasional."
Juru bicara tersebut mengatakan kepada ABC, Hun Sen tidak dijamin datang ke acara KTT di Sydney.
Dalam pesan singkat, Phay Siphan menanggapi pertanyaan soal rencana kedatangan Perdana Menteri Kamboja dengan mengatakan "tidak dapat memprediksi dengan situasi seperti ini".
Simak laporannya dalam bahasa Inggris disini.