Kamis 15 Mar 2018 13:14 WIB

Perusahaan di Australia Lebih Menyukai Pekerja tak Merokok

Sekarang semakin banyak iklan kerja mennsyaratkan bukan perokok di Australia

Iklan kerja di Australia yang khusus mensyaratkan bukan perokok.
Iklan kerja di Australia yang khusus mensyaratkan bukan perokok.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Ternyata merokok tidak saja mempengaruhi kesehatan anda, namun juga mempengaruhi kemungkinan anda mendapat pekerjaan. Setidaknya hal tersebut mulai terjadi di Australia.

Menurut para pakar di bidang lapangan kerja, semakin banyak perusahaan yang memasang iklan yang dengan jelas mencantumkan syarat mereka mencari orang yang tidak merokok. Pencarian yang dilakukan ABC di situs pencari kerja Seek di Australia selama sepekan terakhir menunjukkan adanya belasan iklan yang menyatakan pelamar haruslah bukan perokok.

Lapangan kerja itu termasuk pengemudi truk, pekerja bangunan, tukang kebun, resepsionis, admin kantor, koki dan yang lainnya. Namun dengan jelas mencatumkan posisi untuk bukan perokok, apakah ini tidak melanggar hukum di Australia?

Ternyata memang merokok tidak masuk dalam UU Anti Diskriminasi di Australia. "Merokok bukanlah tindakan yang dilindungi UU, dan tidak termasuk sebagai hal yang bisa disebut diskriminasi." kata Komisi Anti Diskriminasi Queensland.

"Meski perokok adalah mereka yang kecanduan nikotine, namun masih memungkikan mengurangi kecanduan dengan menggunakan patches (plaster yang ditempelkan di tangan untuk mengurangi kecanduan) dan bukannya merokok."

"Jadi masih merupakan hal yang bisa diterima untuk menerapkan pembatasan merokok di tempat kerja atau tempat penyewaan tanpa hal itu melanggar UU Anti Diskriminasi."

Menurut pakar hukum perburuhan dari Shine Lawyers Christie Toy tidak ada satu pasal khusus di Australia yang mengatur mengenai iklan lapangan kerja dan apa saja yang dimuat di sana. "Namun majikan dan pencari kerja dilindungi oleh UU Anti Diskriminasi.' kata Toy.

"Perusahaan harus berhati-hati ketika memasang iklan untuk pekerjaan yang ditawarkan dan memilih pekerja sehingga mereka tidak melakukan diskriminasi."

Peraturan mengenai diskriminasi mengatur hal mengenai ras, usia, jenis kelamin, preferensi seksual, status pernikahan, tanggung jawab keluarga, dan juga hal seperti difabilitas. "Merokok tidaklah masuk dalam salah satu kategori diskriminasi - jadi meski iklan itu terlihat sebagai diskriminasi terhadap perokok, namun menurut hukum, tidaklah begitu."

Christie Toy mengatakan perusahaan harus berhati-hati mengenai apa yang bisa ditulis di iklan dan harus jelas mengapa hal tertentu ditulis di dalam iklan. "Majikan akan bisa mempertahankan diri sesuai UU Anti Diskriminasi bila mampu membuktikan bahwa pekerja tidak bisa melakukan apa yang harus dilakukan, meski sudah melakukan penyesuaian, karena memang tidak memenuhi persyaratan." katanya.

"Contohnya, mereka yang terlalu muda untuk punya SIM tidak bisa dipekerjakan sebagai pengirim pizza dengan kendaraan, karena pekerjaan itu mengharuskan mereka mengendarai mobil/motor."

Bagaimana dengan jam istirahat untuk merokok?

Menurut Christie Toy, tidak ada keharusan hukum bagi majikan untuk memberikan jam istirahat khusus merokok bagi pekerjanya. "Ini diserahkan kepada masing-masing pekerja untuk menggunakan jam istirahat yang ada dan merokok hanya pada saat jam istirahat tersebut." katanya.

photo
Satu perusahaan di Jepang memberikan enam hari cuti ekstra untuk mereka yang berhenti merokok.

Beberapa perusahaan sudah melakukan beberapa tindakan guna mendorong pekerja mereka menghentikan kebiasaan merokok. Tahun lalu di Jepang, sebuah perusahaan pemasaran menawarkan pekerjanya enam hari cuti tambahan dalam setahun bila mereka berhenti merokok.

Ini disebabkan karena sebelumnya mereka melihat bahwa para pekerja yang merokok menghabiskan waktu terlalu lama ketika istirahat untuk merokok. Di tahun 2014, di Inggris sebuah penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perokok di sana melakukan istirahat selama empat kali sehari untuk merokok, dengan rata-rata 10 menit.

Karenanya mereka mengambil cuti satu hari lebih banyak dibandingkan yang bukan perokok. "Ini berarti sama dengan 136 jam hilangnya waktu produksi setiap tahun bagi perokok, menyebabkan kerugian sekitar 2.700 dolar Australia (sekitar Rp 27 juta) dalam pembayaran gaji."

Mengapa hanya mempekerjakan bukan perokok?

Menurut Direktur Employee Matters Natasha Hawker ada banyak alasan mengapa perusahaan hanya mau mempekerjakan mereka yang tidak merokok. "Perusahaan bisa mengatakan bahwa mereka memiliki kewajiban untuk menyediakan tempat yang aman untuk bekerja, dan itu memang sesuai peraturan." kata Hawker.

"Bila tim dalam acara pertemuan sosial, dan pekerjanya menghirup asap dari mereka yang merokok, maka perusahaan berpotensi dituduh lalai."

"Mereka akan berusaha untuk memastikan pekerja mereka tidak terkena hal tersebut."

Masalah lain juga adalah dari sisi kebersihan dan sikap profesional. "Bila anda memberikan layanan dimana anda harus berdekatan dengan orang yang dilayani seperti kerja di salon atau jadi perawat maka akan tidak menyegarkan bila bau anda habis merokok dirasakan oleh orang lain."

"Nikotin juga menyebabkan gigi atau kuku menjadi kuning, dan itu mungkin bukan citra yang ingin ditonjolkan perusahaan bagi klien mereka."

Salah satu alasan yang paling jelas untuk tidak mempekerjakan perokok tentu adalah kesehatan. "Ada alasan yang jelas bagi majikan untuk tidak mau mempekerjakan perokok karena kemungkinan pekerjanya akan mengalami masalah kesehatan atau nantinya mengambil cuti terlalu banyak." kata Hawker.

Employee Matters director Natasha Hawker smiles in a profile photo
Natasha Hawker mengatakan banyak alasan mengapa perusahaan mencari karyawan yang tidak merokok.

CEO Dewan Kanker Queensland Chris McMillan mengatakan mereka terus mendorong tempat kerja untuk memberlakukan kebijakan tidak merokok, selain juga memberikan dukungan bagi pekerja yang ingin berhenti merokok.

"Tempat kerja yang bebas rokok tidak saja meningkatkan mereka yang merokok, namun penelitian menunjukkan ini akan meningkatkan produktivitas, mengurangi karyawan yang absen dan mengurangi pekerja yang menghirup rokok sebagai perokok pasif." kata McMillan.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/bisnis-investasi/perokok-semakin-susah-cari-kerja/9551640
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement