Kamis 15 Mar 2018 21:28 WIB

Bantuan Pangan Diizinkan Masuki Ghouta Timur

Sebanyak 25 truk bantuan pangan telah diizinkan memasuki Kota Douma di Ghouta Timur

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Konvoi 46 truk bantuan kemanusiaan dikirim ke kota Douma di Ghouta Timur, Senin (5/3).
Foto: Syrian Red Crescent via AP
Konvoi 46 truk bantuan kemanusiaan dikirim ke kota Douma di Ghouta Timur, Senin (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID,  DOUMA - Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, sebanyak 25 truk bantuan pangan telah diizinkan memasuki Kota Douma di Ghouta Timur, Suriah, pada Kamis (15/3). Konvoi yang difasilitasi oleh ICRC, PBB, dan Palang Merah Suriah ini menyeberang ke Douma melalui persimpangan al-Wafideen.

Menurut ICRC, konvoi tersebut mengirim 5.220 paket makanan dan 5.220 kantong tepung, yang cukup untuk 26.100 orang. Setiap paket makanan bisa memenuhi kebutuhan satu keluarga dengan lima anggota, selama sebulan. Sedikitnya ada 125 ribu orang yang saat ini tinggal di Douma.

Namun Abdelmalik Aboud, seorang aktivis di Douma, mengatakan kepada Aljazirah bahwa jumlah bantuan pangan itu ternyata tidak mencukupi. "Bantuan dibagi kepada semua orang di Ghouta, tidak ada yang disisakan. Jadi satu paket bantuan dari PBB diberikan kepada sekitar 40 orang. Bantuan tidak akan cukup untuk bertahan bagi setiap keluarga selama lebih dari dua hari," kata Aboud.

Juru bicara ICRC di Jenewa, Iolanda Jaquemet, mengatakan tim bantuan sangat sadar bahwa bantuan makanan tersebut terbatas. "Kebutuhannya jauh lebih besar daripada yang kami berikan dan kami tahu itu. Konvoi kami hanya bisa mencakup sedikit kebutuhan," ujar Jaquemet.

"Kami harus bernegosiasi dengan semua pihak yang terlibat dalam pertempuran di daerah itu agar kami diizinkan untuk membawa jumlah bantuan lebih," tambah dia.

Presiden ICRC Peter Maurer dan Direktur Regional ICRC Robert Mardini telah memasuki daerah konflik tersebut bersama konvoi bantuan untuk menilai situasi di lapangan. ICRC juga merilis sebuah video yang menunjukkan jalan masuk konvoi ke Ghouta Timur.

Ghouta Timur yang menampung 400 ribu penduduk, tengah berada di bawah pengepungan pemerintah sejak pertengahan 2013. Daerah tersebut merupakan salah satu benteng besar terakhir yang tersisa di bawah kekuasaan oposisi bersenjata, yang ingin menggulingkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Pertempuran di wilayah ini telah mendapat sorotan internasional karena besarnya penderitaan warga sipil. Operasi militer intensif diluncurkan oleh pasukan pemerintah Suriah dan sekutu utamanya, Rusia, untuk merebut kembali kendali wilayah tersebut.

Sejak dimulainya operasi militer di sana pada 18 Februari lalu, sedikitnya ada 1.249 warga sipil yang telah terbunuh. Menurut Syrian Observatory for Human Rights, angka tersebut mencakup 252 anak dan 171 wanita, sementara 4.600 lainnya terluka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement