Ahad 18 Mar 2018 13:25 WIB

Diplomat Korut Lakukan Perjalanan ke Finlandia

Choe berencana menghadiri perundingan yang disebut sebagai perundingan 1,5 jalur.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Diplomat senior Korea Utara (Korut), Choe Kang II melakukan perjalanan ke Finlandia pada Ahad (18/3). Di negara Eropa Utara itu, ia dijadwalkan untuk melakukan pembicaraan dengan mantan pejabat Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).

Laporan ini datang dari kantor berita Korsel Yonhap. Saat ini, Korut disebut sedang mengejar program nuklir dan rudal yang terus memicu kontroversi internasional.

Choe berencana menghadiri perundingan yang disebut sebagai perundingan 1,5 jalur. Hal ini disebut sebagai sesuatu yang direncanakan antara mantan pejabat AS dan Pemerintah Korut dalam upaya yang lebih luas untuk mengakhiri kebuntuan atas program nuklir negara Asia Timur itu.

Sebelumnya, delegasi dari Kementerian Luar Negeri Korut melakukan perundingan dengan Swedia mengenai masalah keamanan di Semenanjung Korea dan diakhiri pada Sabtu (17/3). Perundingan ini juga disebut sebagai persiapan diadakannya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un

Korut telah dengan keras menentang segala bentuk sanksi Dewan Keamanan PBB yang ditujukan menghentikam program senjata berbahaya tersebut. Selama ini negara itu menekankan bahwa pengembangan program nuklir menjadi alat pertahanan utama mereka.

Korut telah berulang kali memicu kemarahan internasional atas serangkaian uji coba rudal dan perangkat nuklir yang dilakukan, khususnya dari sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korsel dan Jepang terus merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan rudal dan senjata berbahaya lainnya.Dewan Keamanan PBB telah memberikan sanksi terhadap Korut atas uji coba dan pengembangan program nuklir yang tercatat pertama kali dilakukan pada 2006.

Tak ketinggalan dewan juga telah mengeluarkan sebuah resolusi terbaru untuk menekan negara itu dengan memberi sanksi ekonomi pada 5 Agustus 2017. Langkah ini membuat pendapatan ekpor yang dimiliki Korut dapat berkurang hingga 3 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement