REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menginginkan lebih banyak pesaing dalam pemilihan presiden pekan depan. Ia ingin memberikan banyak pilihan kepada pemilih. Namun menurutnya negara itu belum siap dengan hal tersebut.
Sisi, yang diperkirakan akan menang dengan selisih besar, mengatakan dia tidak seharusnya disalahkan atas kurangnya kandidat presiden. Semua mantan kandidat oposisi kecuali satu orang telah keluar dengan alasan intimidasi. Satu-satunya penantang yang tersisa mengatakan dia mendukung Sisi.
"Anda menyalahkan saya atas sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan saya. Saya bersumpah kepada Tuhan, saya berharap 1,2,3 atau bahkan 10 orang ikut dan Anda bisa memilih,"kata Sisi dalam wawancara yang disiarkan di saluran utama Mesir.
Dua mantan petinggi militer membuat pengumuman mengejutkan akhir tahun lalu. Pada Januari mereka mengumumkan akan ikut dalam pilpres melawan Sisi.
Salah satunya, mantan kepala staf militer Sami Anan. Ia ditangkap pada Januari. Anan dituduh secara ilegal menjalankan jabatan publik. Yang lainnya, mantan komandan angkatan udara dan perdana menteri Ahmed Shafik, juga membatalkan rencana pencapresannya.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan pihak berwenang telah membungkam media menjelang pemungutan suara untuk menghambat kritik.
Sisi, mantan jenderal yang menjabat pada 2014, mendukung reformasi ekonomi yang dibantu oleh IMF. Dia mengecilkan lingkup keterlibatan militer dalam ekonomi.
Sisi mengatakan kegiatan ekonomi militer setara dengan 2-3 persen PDB. Itu tidak lebih dari 50 persen, seperti yang diklaim beberapa pihak.
Dia telah memanggil tentara untuk membantu dalam proyek-proyek infrastruktur besar dan dengan distribusi komoditas bersubsidi untuk menjaga harga naik. "Untuk memasok lebih banyak ayam ke pasar untuk menekan harga, menyediakan lebih banyak daging untuk menurunkan harga, ini adalah tindakan yang saya katakan kepada militer untuk dilakukan," kata Sisi.