Selasa 03 Apr 2018 16:28 WIB

Israel Tunda Rencana Kirim Migran Afrika ke Barat

Penundaan kirim migran mendapat banyak kecaman dari internal Israel.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Permukiman Yahudi Pisgat Zeev di Yerusalem timur terlihat di belakang bagian dari tembok pemisah Israel
Foto: AP Photo
Permukiman Yahudi Pisgat Zeev di Yerusalem timur terlihat di belakang bagian dari tembok pemisah Israel

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia telah menangguhkan rencana untuk mengirim ribuan migran Afrika ke tiga negara Barat. Di laman Facebook pribadinya, Netanyahu mengatakan rencana tersebut akan ditinjau kembali.

Rencana itu mendapat banyak kecaman keras dari para anggota koalisinya dan masyarakat Tel Aviv selatan, tempat tinggal komunitas migran terbesar di Israel. Berdasarkan rencana yang disepakati bersama UNHCR itu, Israel akan mengirim sedikitnya 16.250 migran Afrika ke Kanada, Italia, dan Jerman.

Menurut Netanyahu, rencana itu adalah hasil dari kesepakatan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara Israel dengan UNHCR. Rencana tersebut juga akan memungkinkan ribuan migran Afrika lainnya yang tidak terpilih, untuk tetap tinggal di Israel dan mendapatkan suaka.

Population and Immigration Authority Israel mencatat ada sekitar 37 ribu imigran gelap di Israel, yang mayoritas berasal dari Eritrea atau Sudan. Kesepakatan dengan UNHCR tersebut merupakan upaya untuk menanggapi kritik terhadap rencana awal Israel terhadap para migran.

Mereka sebelumnya akan ditawarkan uang sebesar 3.500 dolar AS masing-masing dan tiket pesawat untuk pergi ke negara sub-Sahara Afrika. Uganda dan Rwanda secara luas dilaporkan oleh media Israel sebagai negara yang potensial bagi mereka.

Rencana itu kemudian berhasil digugat oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) di Pengadilan Tinggi Israel pada 15 Maret. Pengadilan mengeluarkan perintah sementara untuk memblokir pelaksanaannya.

Dilansir di CNN, banyak migran dari Sudan yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan. Di Eritrea, mereka lolos dari kediktatoran yang brutal yang mengharuskan pria dan wanita memasuki militer seumur hidup mereka.

Banyak dari mereka yang mencari perlindungan dengan pergi ke Israel. Namun pada 2013, Israel berhasil menyelesaikan pembangunan pagar pembatas yang memanjang di sepanjang perbatasan dengan Mesir, sehingga menghentikan aliran migran gelap yang masuk dari wilayah itu.

Pada puncaknya, ada sekitar 65 ribu imigran gelap di Israel. Selama satu dekade terakhir, Population and Immigration Authority Israel mengatakan telah menerima 54.600 permintaan suaka, tetapi hanya 33 yang diterima.

Puluhan ribu migran masih terperosok dalam proses birokrasi. Israel menjadi negara yang paling rendah dalam mengabulkan permohonan suaka di dunia Barat.

Sebagai perbandingan, selama tiga kuartal pertama 2017, hampir 90 persen pencari suaka di Uni Eropa telah diberikan status pengungsi, menurut kompilasi data dari Eurostat, situs kompilasi data Uni Eropa. Lebih dari 60 persen pencari suaka dari Sudan juga diberikan status yang sama.

Baca juga: Pemimpin Hamas Desak Liga Arab Tuntut Israel

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement