REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Mahasiswa internasional kesulitan menemukan tempat tinggal saat tiba Australia. Salah satunya bernama Akash (bukan nama sebenarnya). Mahasiswa asal Nepal ini tiba di Kota Port Macquarie, New South Wales, untuk kuliah di Universitas Charles Sturt.
"Awalnya saya tinggal di tempat backpacker," katanya. "Saya pikir hanya seminggu atau dua minggu. Tapi jadi lebih lama, satu setengah bulan."
Mahasiswa lainnya, sebut saja Diya, beruntung punya kerabat di Port Macquarie, tetapi dia pun masih kesulitan mencari tempat sendiri. "Kami telah banyak mendaftar untuk sewa tempat tinggal. Kami ditolak karena kami mahasiswa. Itu jadi faktor risiko tinggi bagi agen perumahan. Jadi untuk mendapatkan tempat tinggal sendiri cukup sulit," katanya.
Bulan lalu, enam mahasiswa internasional diminta meninggalkan perpustakaan kampus Charles Sturt University (CSU) di Port Macquarie. Mereka kedapatan tinggal di fasilitas yang memang terbuka 24 jam tersebut.
Wakil Rektor CSU Jenny Roberts mengatakan para mahasiswa itu telah ditawari berbagai pilihan akomodasi. "Para mahasiswa, yang datang ke Port Macquarie dari Sydney setiap minggunya untuk kuliah, ditawari berbagai pilihan akomodasi yang tersedia melalui CSU di Port Macquarie," katanya.
"Para mahasiswa telah menyampaikan ke CSU bahwa mereka kini tinggal bersama rekan-rekannya ketika datang dari Sydney ke Port Macquarie," tambah Jenny Roberts.
Arjun Mathilakath Madathil dari Dewan Mahasiswa Internasional Australia mengatakan sering mendengar mahasiswa yang tinggal di fasilitas universitas. "Beberapa mahasiswa tinggal di hostel atau AirBnb ketika pertama kali tiba di sini. Tapi begitu selesai, mereka jadi tunawisma dan merasa lebih aman tinggal di kampus, atau di perpustakaan kampus," katanya.
"Ini masalah perbedaan budaya. Mereka tidak tahu mana yang boleh atau tidak boleh. Mereka pikir ini cara termudah dan teraman bagi mereka untuk menginap," jelasnya.
Masalah penipuan perumahan
Mathilakath Madathil mengatakan juga sudah biasa bagi mahasiswa internasional menjadi korban penipuan perumahan.
Photo: Kampus Charles Sturt University di Port Macquarie. (ABC Mid North Coast: Sarah Maunder)
"Itu terjadi di seluruh Australia. Penipu memberi tahu mahasiswa bahwa mereka memiliki rumah atau kamar untuk disewa dan mahasiswa akan membayar," jelasnya.
"Begitu mahasiswa tiba di Australia, mereka mendapati tidak ada apa-apa di sana. Kamar atau rumahnya itu tidak ada," tambahnya.
Presiden Persatuan Mahasiswa Nasional Mark Pace mengatakan universitas di Australia menarik lebih banyak mahasiswa internasional namun ketersediaan perumahan yang terjangkau belum membaik. "Karena itu kita adanya peningkatan besar permintaan perumahan yang terjangkau. Para pemilik rumah sering mengeksploitasi hal itu, menempatkan mereka dalam akomodasi di bawah standar, kadang ilegal, dan sering mengerikan," katanya.
"Saya tidak kaget kalau mahasiswa dalam kasus ini harus tinggal di kampus," ujarnya.
"Ini jelas memprihatinkan. Saya hanya berharap adanya langkah berarti dari pemerintah terkait perumahan yang lebih terjangkau bagi mahasiswa," tambahnya.
Menteri Pendidikan Australia Simon Birmingham mengatakan laporan ini memprihatinkan. "Terserah universitas di Australia untuk memastikan ketika mereka menerima mahasiswa tersedia dukungan yang sesuai, begitu pula dalam hal akomodasi," katanya.
"Tetapi juga tergantung mahasiswa untuk memastikan mereka memenuhi persyaratan visa yang mengharuskan mereka bisa mendukung diri sendiri secara finansial saat berada di Australia, termasuk biaya akomodasi," jelasnya.