Jumat 20 Apr 2018 13:33 WIB

Skandal Perbankan Australia Mulai Makan Korban

Pemerintah Australia membentuk komisi khusus perbankan untuk menyelidiki skandal ini.

 CEO AMP Craig Meller menjadi bos pertama lembaga jasa keuangan yang jadi korban penyelidikan komisi khusus perbankan Australia.
Foto: AAP/Dean Lewins
CEO AMP Craig Meller menjadi bos pertama lembaga jasa keuangan yang jadi korban penyelidikan komisi khusus perbankan Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Craig Meller, chief executive officer (CEO) lembaga jasa keuangan AMP, mengundurkan diri dari posisinya menyusul terungkapnya serangkaian skandal perusahaan ini dalam penyelidikan yang dilakukan komisi khusus perbankan. Pemerintah Australia membentuk komisi khusus perbankan (Royal Commission) yang kini sedang melakukan penyelidikan terhadap penyimpangan lembaga jasa keuangan.

Komisi khusus menemukan bahwa AMP telah membohongi pengawas perusahaan ASIC selama hampir satu dekade. Hal itu dilakukan AMP untuk menutupi tindakan mengenakan biaya kepada pelanggan untuk nasihat finansial yang tidak pernah diberikan.

"Saya secara pribadi terpukul oleh isu-isu yang muncul secara terbuka pekan ini, terutama dampaknya pada pelanggan, karyawan, perencana, dan pemegang saham," kata Meller.

"Ini bukan AMP yang saya kenal dan ini bukan tindakan yang diharapkan pelanggan dari perusahaan," katanya menambahkan.

"Saya tidak membenarkan hal itu atau pernyataan menyesatkan yang dibuat untuk ASIC. Namun, karena itu terjadi dalam masa jabatan saya sebagai CEO, saya yakin bahwa mengundurkan diri sebagai CEO merupakan langkah yang tepat untuk memulihkan kepercayaan publik dan pihak berwenang pada AMP," paparnya.

Mike Wilkins, direktur noneksekutif AMP dan mantan CEO perusahaan asuransi IAG, telah ditunjuk sebagai CEO sementara. Meller merupakan eksekutif senior pertama yang kehilangan pekerjaannya sebagai akibat dari penyelidikan komisi khusus perbankan.

Hal ini termasuk cepat sebab AMP baru mulai diperiksa pada Senin pekan ini. Bukti memberatkan yang didengar komisi khusus, di antaranya, pernyataan dari kepala penasihat keuangan AMP, Anthony 'Jack' Regan, bahwa sudah tak terhitung lagi berapa kali perusahaan ini membohongi ASIC.

Komisi khusus juga merilis dokumen yang menunjukkan AMP telah berusaha memengaruhi review oleh firma hukum Clayton Utz untuk mengesampingkan keterlibatan eksekutif senior dalam skandal itu. Dalam pernyataannya kepada bursa saham ASX, AMP mengatakan segera melakukan "review komprehensif" mengenai proses pelaporan dan tata kelola perusahaan.

"Hal ini akan diawasi oleh seorang pensiunan hakim atau ahli independen yang setara," demikian kata AMP.

Menanggapi pengunduran diri Meller, Menteri Keuangan Australia Mathias Cormann mengakui beberapa informasi yang muncul dalam komisi khusus sangat memprihatinkan. "Ini merupakan salah satu konsekuensi dari proses tersebut," kata Senator Cormann kepada media setempat.

Terlepas dari mundurnya Meller, penasihat hukum paling senior AMP, Brian Salter, mengambil cuti saat review dilakukan. AMP mengatakan akan kembali ke pemeriksaan komisi khusus untuk menjawab permasalahan yang muncul pekan ini, termasuk independensi laporan Clayton Utz.

Perusahaan tersebut sejauh ini telah mengidentifikasi lebih dari 15 ribu pelanggan yang dikenakan biaya untuk nasehat finansial yang tidak pernah diberikan. AMP telah mengembalikan dana 4,7 juta dolar AS kepada para pelanggan itu.

Meller memimpin AMP sejak 2014 dan rencanya mundur akhir tahun ini karena gagal meningkatkan kinerja perusahaan yang tidak produktif. Dia telah bekerja di perusahaan itu selama lebih dari satu dekade. Dia sebelumnya menjalankan bisnis asuransi jiwa kurang berhasil.

Gaji pokok Meller pada tahun 2017 adalah 1,8 juta dolar AS (sekitar Rp 18 miliar) dan total paket remunerasinya mencapai 4,8 juta dolar AS. Dia tidak dapat menerima bonus jangka pendeknya setelah AMP mengalami kerugian 344 juta dolar AS pada tahun 2016.

Simak beritanya dalam bahasa Inggris di ABC Australia.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-04-20/skandal-perbankan-australia-mulai-makan-korban/9679792
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement