REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Sebanyak 10 pekerja kemanusiaan telah hilang di kota Yei, Sudan Selatan. Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Sudan Selatan, Alain Noudehou mengatakan peristiwa tersebut terjadi saat konvoi PBB dan pekerja kemanusiaan lainnya sedang menuju Tore dari Yei, di wilayah Khatulistiwa Tengah, Rabu pagi (26/4).
Sepuluh orang yang hilang itu merupakan warga Sudan Selatan. Saat ini keberadaan mereka masih belum diketahui.
"Kami sangat prihatin dengan keberadaan para pekerja kemanusiaan ini dan sedang mencari informasi tentang keberadaan mereka," kata Noudehou.
Pekerja kemanusiaan sering menjadi target oleh kelompok-kelompok bersenjata yang beroperasi di Sudan Selatan. Konflik terjadi antara pendukung Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya Riek Machar sejak 2013. Puluhan ribu orang, termasuk hampir 100 pekerja bantuan, telah tewas.
Noudehou mengatakan orang-orang yang hilang, bekerja untuk kantor kemanusiaan UNOCHA, UNICEF, Organisasi Pembangunan Sudan Selatan, kelompok bantuan ACROSS, Plan International, dan Bantuan Aksi Afrika. Awal pekan ini, Komite Palang Merah Internasional mengatakan pihaknya telah menghentikan operasi di Leer setelah pangkalan mereka ditembak pada 10 April. Mereka mengevakuasi stafnya ke ibu kota Sudan Selatan, Juba.
Pada pertengahan April, pemberontak telah membebaskan tujuh pekerja kemanusiaan yang ditahan selama hampir tiga pekan di Khatulistiwa Tengah atas tuduhan memata-matai pemerintah. Seorang pekerja kemanusiaan juga tewas ketika orang-orang bersenjata menembak kendaraan agensinya di dekat kota Bentiu di utara.
Baik pemberontak maupun pasukan pemerintah dituduh mengincar pekerja kemanusiaan. Mereka juga sering menahan akses bantuan dan mengambil makanan serta bantuan lainnya.
Wakil juru bicara pemberontak SPLA-IO,Lam Paul Gabriel,mengatakan mereka telah menerima laporan hilangnya pekerja kemanusiaan. Saat ini pasukannya sedang menyelidiki insiden tersebut.
"Saya tidak menyangkal atau menerima bahwa kami adalah pihak yang bertanggung jawab untuk ini tetapi kami sedang menyelidiki karena itu adalah wilayah kami, tetapi kami seharusnya tidak mengesampingkan kehadiran angkatan bersenjata lainnya," katanya.
Dia mengatakan kelompok bersenjata terpisah yang disebut NASA, serta pasukan pemerintah juga berada di daerah itu."Jadi sampai kami mendapatkan laporan itu dari komandan darat, kami tidak akan bisa mengkonfirmasi," katanya.