Jumat 27 Apr 2018 12:18 WIB

Australia Ingin Operasi Intelijen di Timtim Tetap Rahasia

Pimpinan Intelijen Australia (ASIS) akan dimintai testimoni di pengadilan banding

 Tentara Indonesian berbaris di Timor Timur, 1975. (Timorese Resistance Archive and Museum, photographer unknown)
Tentara Indonesian berbaris di Timor Timur, 1975. (Timorese Resistance Archive and Museum, photographer unknown)

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Operasi intelijen Australia yang terjadi selama pendudukan Indonesia di Timor Timur (Timtim) harus tetap dirahasiakan. Kepala badan mata-mata luar negeri Australia akan mempertahankan itu dalam sidang hari ini, Jumat (27/4).

Direktur Jenderal Australian Secret Intelligence Service (ASIS) Paul Symon dijadwalkan untuk hadir di Pengadilan Banding Administratif yang diajukan atas lembaganya. ASIS adalah Dinas Intelejen Australia yang melakukan operasi di luar negeri.

Testimoni pimpinan lembaga mata-mata itu untuk menanggapi akademisi yang berbasis di Canberra Clinton Fernandes, yang telah berjuang sejak 2014 untuk akses terhadap dokumen ASIS yang sudah berumur 40 tahun di Timor Timur.

Pada awalnya ASIS dan Arsip Nasional bersikeras mereka bahkan tidak dapat mengonfirmasi atau menyangkal apakah catatan semacam itu ada, mengklaim bahwa untuk melakukannya akan menyebabkan kerusakan pada "keamanan, pertahanan atau hubungan internasional" Australia.

Profesor Fernandes menantang posisi ini di Pengadilan Banding Administratif, dan pada bulan Februari Arsip Nasional mundur, mengakui memang memiliki catatan seperti itu. Tetapi Arsip Nasional mempertahankan itu dan ASIS perlu hingga satu tahun untuk memeriksa dokumen itu untuk mempertimbangkan apakah mereka dapat dikeluarkan.

"Sudah menjadi rahasia umum bahwa Australia terlibat di Timor Timur dan sangat tertarik dengan Indonesia pada 1970-an," kata Profesor Fernandes kepada ABC.

"Untuk mengatakan bahkan mengonfirmasi catatan ASIS ada akan membahayakan keamanan nasional tampak konyol bagi saya.

"Kami berharap dalam proses untuk mengajukan pertanyaan yang membuat [direktur umum ASIS Paul Symon] membenarkan mengapa dengan alasan keamanan nasional materi ini harus terus ditahan 43 tahun setelah peristiwa itu."

Clinton Fernandes explains the geopolitical situation just before the Timor invasion Video: Clinton Fernandes explains the geopolitical situation just before the Timor invasion (ABC News)

Akademisi Universitas New South Wales, yang merupakan mantan perwira intelijen pertahanan, percaya bahwa catatan rahasia ASIS dapat menawarkan lebih banyak wawasan ke dalam peristiwa yang mengarah ke pembunuhan lima wartawan Australia di Balibo pada tahun 1975.

Kamerawan Australia Brian Peters ditembak mati di Timor Timur tahun 1975. Photo: Kamerawan Brian Peters salah satu dari lima wartawan Australia yang ditembak mati di Timor Timur tahun 1975. (ABC)

"Kami berharap untuk menemukan sejauh mana instrumen rahasia pertanahan terlibat," kata Profesor Fernandes.

"Dokumen-dokumen itu akan menjelaskan diplomasi Australia dan operasi militer Indonesia di Timor. Fakta sebenarnya, rincian tentang diplomasi dan intelijen sebelum dan sesudah itu belum benar-benar diekspos.

"Ini akan menjadi kemenangan nyata bagi kita semua yang peduli dengan transparansi.

"Apa data intelijen, dinas intelijen rahasia menjelaskan kita tentang perkembangan di Timor atau mengetahui sebelumnya tentang pembunuhan para jurnalis itu?"

Bukti ASIS harus dirahasiakan selama persidangan pribadi

Sebagian besar proses dalam sidang pengadilan bersejarah hari ini akan dirahasiakan setelah Pelaksana Jaksa Agung Greg Hunt pekan lalu menyetujui permintaan ASIS sebagian dari buktinya diberikan secara pribadi. Dalam surat tertanggal 19 April menjelaskan keputusannya, Hunt mengatakan dia telah "memberikan pertimbangan serius untuk semua materi dan alasan untuk dan terhadap pengungkapan informasi".

"Saya telah menetapkan bahwa pengungkapan informasi ini akan bertentangan dengan kepentingan publik dengan alasan bahwa itu akan merugikan keamanan, pertahanan atau hubungan internasional Australia," sebut surat itu.

"Oleh karena itu saya puas bahwa perlu mengeluarkan sertifikat kepentingan umum untuk melindungi informasi yang dikandungnya.

"Sertifikat ini juga akan mencakup informasi yang diberikan sebagai bukti yang mengungkapkan isi dari pernyataan rahasia."

Profesor Fernandes mengatakan langkah itu berarti ASIS akan dapat menyerahkan bukti secara rahasia dan ia tidak akan bisa mendengarnya, tetapi kemudian akan diminta oleh pengadilan untuk menanggapi hal itu.

Tautan Australia ke plot CIA di Chili

Di antara catatan ASIS yang bersejarah, Profesor Fernandes juga berharap untuk dirilis adalah yang meliputi operasi agen mata-mata di Chili sebelum kudeta 1973.

Allende and Pinochet bersama 1973. Photo: Presiden Chili Salvador Allende (kanan) and bekas diktator Jenderal Augusto Pinochet di tahun 1973 sebelum kudeta. (Reuters)

Presiden Chili Salvadore Allende digulingkan oleh pasukan militer yang memasang diktator Augusto Pinochet. Dua petugas dari ASIS ditempatkan di Santiago setelah permintaan resmi dari Amerika Serikat, tetapi sedikit yang diketahui tentang kegiatan mereka.

"ASIS menjalankan agen di Chili untuk Amerika Serikat, dan jika Amerika Serikat dapat merilis 16.000 halaman catatan tentang keterlibatannya dalam kudeta di Chile, tentunya Australia dapat melakukan hal yang sama," kata Profesor Fernandes.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-04-27/kepala-intelijen-ingin-operasi-di-timor-timur-tetap-rahasia/9703310
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement