REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Serangan udara di ibukota Yaman oleh koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi telah menewaskan puluhan pemberontak Houthi termasuk setidaknya dua komandan mereka. Media milik Arab Saudi Al-Ekhbariya pada hari Sabtu (28/4) mengatakan dua pemberontak level atas tewas dalam serangan di Sanaa pada Jumat (27/4) malam.
Sementara itu televisi Al-Arabiya milik Saudi mengatakan, total 38 pemberontak tewas dalam serangan di sebuah gedung kementerian dalam negeri Houthi. Sebuah gedung polisi yang berdekatan dengan kementerian yang dikendalikan Houthi juga diserang, seperti dilansir di Aljazirah, Sabtu (28/4).
Para milisi Houthi mengkonfirmasi serangan udara di Sanaa tetapi tidak memberikan rincian. Perang di Yaman ini telah memasuki tahun keempatnya.
Houthi dan pemerintah Yaman telah berperang sejak tahun 2004, tetapi banyak pertempuran terbatas pada kubu Houthi, provinsi Saada di Yaman utara yang miskin. Pada September 2014, Houthi menguasai Sanaa dan terus mendorong ke arah selatan menuju kota terbesar kedua di negara itu, Aden.
Menanggapi kemajuan Houthi, koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi meluncurkan kampanye militer pada tahun 2015 untuk mengalahkan Houthi dan memulihkan pemerintah Yaman. Kampanye oleh koalisi melawan Houthi telah melihat lebih dari 16 ribu serangan udara diluncurkan di seluruh negeri sejak 26 Maret 2015.
Serangan itu telah menghancurkan Yaman, salah satu negara termiskin di Timur Tengah. Sepertiga serangan udara telah menargetkan situs non-militer, dengan setidaknya 1.400 serangan udara menargetkan kawasan pemukiman.
Lebih dari 10 ribu orang tewas. Dengan sedikitnya 1.600 sekolah rusak atau hancur dalam serangan itu, lebih dari empat juta anak-anak Yaman tidak dapat bersekolah. Yaman kini berada di ambang kelaparan.
Koalisi yang dipimpin Saudi memberlakukan blokade total di pelabuhan Yaman pada November sebagai pembalasan atas serangan rudal Houthi lintas-batas di Arab Saudi. Blokade telah dicabut sebagian, tetapi akses ke negara miskin masih terbatas.