Sabtu 12 May 2018 05:30 WIB

Pemilu Malaysia dan Misteri Pembunuhan Wanita Asal Mongolia

Najib Razak membantah terlibat dalam kasus pembunuhan Altantuya Shaariibuu.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Barisan Nasional (BN) Dato Seri Najib Razak dikerubuti wartawan seusai melakukan jumpa pers mengenai hasil Pemilihan Umum Ke-14 yang dimenangkan Koalisi Pakatan Harapan (PH), di Gedung PWTC, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (10/5).
Foto: Antara/Agus Setiawan
Ketua Barisan Nasional (BN) Dato Seri Najib Razak dikerubuti wartawan seusai melakukan jumpa pers mengenai hasil Pemilihan Umum Ke-14 yang dimenangkan Koalisi Pakatan Harapan (PH), di Gedung PWTC, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (10/5).

REPUBLIKA.CO.ID,   SYDNEY -- Kepala organisasi pemuda UMNO, Datuk Khairul Anwar Rahmat dikabarkan menuju Australia 2 pekan lalu untuk mengunjungi Sirul Azhar Umar, tersangka kasus pembunuhan model asal Mongolia di Malaysia. Kunjungan terhadap mantan komandan kepolisian Malaysia tersebut juga telah mendapatkan izin dari Departemen Dalam Negeri Australia.

Menurut sumber yang dikutip dari the Guardian, seorang utusan dari Malaysia membawa misi untuk menyampaikan pesan agar Sirul tetap bungkam atas kasus yang menjeratnya. Sementara Sirul dilaporkan dalam posisi terjepit antara membeberkan informasi yang lebih luas agar dapat membebaskannya dari hukuman mati.

Pada 2009, Sirul dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Malaysia atas kasus pembunuhan wanita asal Mongolia, Altantuya Shaariibuu. Peristiwa tersebut cukup menyita perhatian luas dan menciptakan kecurigaan atas keterlibatan mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Sebelum pembunuhan terjadi pada 2006. Sirul dan beberapa pasukan elite yang merupakan aparat lingkaran dalam Najib menjalankan aksi penculikan terhadap Altantuya. Wanita yang juga merupakan seorang penerjemah tersebut dikabarkan menjalin hubungan gelap dengan penasihat dekat Najib, Razak Baginda.

Altantuya diculik di depan rumah Razak kemudian dibawa menuju sebuah tempat yang tak jauh dari pusat kota Kuala Lumpur. Ia ditembak mati kemudian jenazahnya diledakkan dengan bahan peledak tinggi yang biasa digunakan militer setempat.

Meski dijatuhi hukuman, pengadilan Malaysia tidak mampu mengungkapkan motif kuat atas aksi yang dilakukan Sirul. Tidak ada satupun terdakwa yang dibawa ke pengadilan pernah bertemu dengan Sirul sebelum aksi pembunuhan tersebut.

Para terdakwa banyak dikaitkan dengan dugaan bahwa motif pembunuhan adalah permintaan dari Baginda sendiri.  Altantuya diduga sempat meminta Razak  500 ribu dolar AS untuk jasa bantuan dalam negosiasi pembelian kapal selam asal Perancis.

Sebagai perdana menteri yang berkuasa pada saat itu, Najib Razak juga dicurigai terlibat. Namun sampai saat ini tidak ada bukti kuat atas dugaan tersebut. Perdana menteri Malaysia ke 6 tersebut juga sudah berulang kali menyampaikan bantahannya.

Pada 2014, Sirul melarikan diri ke Australia ketika berada di luar tahanan atas jaminan saat menunggu putusan banding pengadilan. Januari 2015, pengadilan banding Malaysia menjatuhi hukuman mati. Kemudian pihak kepolisian memberikan peringatan melalui jaringan interpol untuk menangkap Sirul.

 

Sirul Ditangkap

Sirul ditangkap di Queensland. Sebelum akhirnya ditahan di Villawood. Waktu penangkapannya yang cepat, membuat Sirul tak mampu menghilangkan berbagai barang bukti. Salah satu barang bukti yang cukup berharga berupa buku hariannya yang berisi kontak - kontak pejabat tinggi pemerintah. Salah satunya kepala keamanan untuk perdana menteri dan berbagai pejabat senior lainnya di kantor wakil perdana menteri.

 Tiga hari sebelum Sirul ditahan di Australia, ia mengirim pesan singkat kepada rekan dekat yang memiliki hubungan dengan agen intelijen Malaysia.

"Salam bos. Saya dalam kesulitan di sini. Saya ingin 2 juta dolar Australia sebelum bos (Anda) datang menemui saya ... setelah itu saya ingin 15 juta ... Saya tidak akan pernah kembali lagi ke Malaysia. Saya tidak akan menjatuhkan PM," bunyi pesan tersebut seperti dilansir the Guardian. 

Empat setengah jam kemudian, pria itu menjawab pesan Sirul. "Mereka ingin mendiskusikannya," demikian jawaban dari nomor yang dihubungi Sirul.

Ketika Sirul pertama kali dipenjara di Australia, para jurnalis dapat mengunjunginya. Hanya beberapa minggu setelah penangkapannya, dia dilaporkan mengatakan kepada surat kabar daring Malaysia, Malaysiakini bahwa dirinya berada di bawah perintah orang-orang penting di Malaysia. "Orang - orang yang memiliki motif (untuk membunuh Altantuya, saat ini) masih bebas," tegasnya.

Sirul juga mengungkapkan kepada harian Australia, Sydney Morning Herald bahwa dirinya merupakan kambing hitam.

Baca Juga: Mahathir, dari Pengampunan Anwar Hingga Perang Lawan Korupsi

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement