Senin 14 May 2018 13:46 WIB

Menlu Iran Kunjungi Cina Bahas Kesepakatan Nuklir

Cina menegaskan masih berkomitmen terhadap kesepakatan nuklir Iran

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Javad Zarif tengah mengunjungi Cina. Kunjungannya ke sana adalah untuk membahas tentang kesepakatan nuklir Iran yang baru saja ditinggalkan Amerika Serikat (AS).

Zarif tiba di Beijing pada Ahad (13/5). Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang mengatakan, kedatangan Zarif akan dimanfaatkan untuk mendiskusikan beberapa hal terkait kesepakatan nuklir.

"Cina sangat prihatin dengan arah masalah kesepakatan nuklir Iran dan ingin mempertahankan komunikasi dengan semua pihak terkait, termasuk Iran," ujar Geng Shuang, dikutip laman Al Araby.

Cina diketahui telah menyayangkan keputusan Presiden Donald Trump yang menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran. Cina menegaskan pihaknya masih berkomitmen terhadap kesepakatan tersebut.

Sebelum melakukan perjalanan ke Cina, Zarif mengeluarkan pernyataan senada melalui akun Twitter pribadinya. Ia mengecam keputusan Trump karena menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran. Padahal kesepakatan tersebut diakui sebagai sebuah kemenangan diplomasi oleh komunitas internasional.

Zarif akan berada di Cina selama dua hari. Seusai kunjungannya di sana, ia dilaporkan akan melanjutkan perjalanannya ke Belgia dan Rusia.

Kesepakatan nuklir Iran ditandatangani Iran bersama Prancis, Inggris, AS, Jerman, Cina, Rusia, dan Uni Eropa pada Oktober 2015. Kesepakatan ini mulai berlaku atau dilaksanakan pada 2016.

Kesepakatan ini tercapai melalui negosiasi yang cukup panjang. Tujuan utama dari kesepakatan ini adalah memastikan bahwa penggunaan nuklir oleh Iran hanya terbatas untuk kepentingan sipil, bukan militer. Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi dan embargo yang dijatuhkan terhadap Teheran akan dicabut.

Namun Presiden AS Donald Trump telah berkali-kali menyatakan ketidakpuasannya terhadap kesepakatan ini. Hal ini karena dalam kesepakatan tersebut tak dibahas perihal program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya selepas 2025, dan perannya dalam konflik Yaman serta Suriah.

Ini menjadi alasan Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran. Tak hanya menarik AS, Trump pun kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran, termasuk negara atau perusahaan yang menjalin kerja sama bisnis dengan negara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement