Senin 11 Jun 2018 09:56 WIB

Bertemu Trump, Pengamat Nilai Kim akan Gunakan Taktik Ini

Donald Trump dan Kim Jong-un akan bertemu pada Selasa (12/6) besok di Singapura

Rep: Winda Destiana Putri/ Red: Nidia Zuraya
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Korea Utara Kim Jong-un (kanan).
Foto: The Star Online
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Korea Utara Kim Jong-un (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Setelah enam tahun mengisolasi diri dari panggung dunia, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menunjukkan itikad baik sejak pertemuan dengan pemimpin Korea Selatan dan Cina. Kira-kira seperti apa penyambutan Kim saat ia bertemu dengan Presiden AS Donal Trump pada Selasa (12/6) besok?

Seperti diketahui Kim tidak membuang waktu ketika bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, saat keduanya berada di Zona Demiliterisasi yang membagi kedua negara Korea. Setelah keduanya berjabat tangan melintasi garis pembatas dan Kim melangkah ke Selatan, seperti yang dituliskan, dia mengambil tangan Moon dan membawanya kembali ke garis dan masuk ke Utara.

Tuntutan sederhana, tindakan dadakan itu penuh dengan simbolisme dan disambut luas di Selatan sebagai tanda keinginannya untuk persatuan Korea. Kim juga membuat kagum orang Korea Selatan dengan kesediaannya yang tampaknya tak terduga untuk duduk dan mengobrol santai dengan Moon saat keduanya berjalan-jalan melalui DMZ.

Pertemuan Kim dengan Presiden Cina Xi Jinping juga memiliki elemen kejutan yang kuat, setidaknya ke dunia luar. Trump telah menyarankan bahkan dia tidak tahu dan menyatakan frustrasi apakah Xi mungkin telah mencoba menggunakan pertemuan itu untuk melemparkan kunci Inggris ke dalam pertemuan Singapura.

Sementara pertemuannya dengan Trump besok, pengamat menilai Kim akan menggunakan taktik yang biasa ia lakukan. Itu digunakan untuk menarik informasi lebih banyak tentang AS daripada Trump sendiri.

Terlebih lagi, menurut para pengamar, Kim memiliki sudut pandang yang kuat dan ideologi yang mendukungnya. Dia akan masuk ke dalam rapat dengan baik dan sangat sadar akan kebutuhan dan ketakutan menyoal kepentingan pribadi di dalam rezim, yang dukungannya benar-benar tidak dapat ia jalani.

Apapun strategi yang dia ambil dengan Trump pasti akan dipoles dengan hati-hati sebelum jabat tangan pertama mereka. Kim, tentu saja, seperti yang ditekankan oleh Gedung Putih, ia memiliki peluang untuk bekerja dengan spontan. Menyepakati setiap kesempatan yang nantinya akan diberikan oleh Trump.

Namun, KTT di Singapura terjadi karena adanya dorongan denuklirisasi negara itu. Pyongyang hingga saat ini menunjukkan sikap jauh dari siap untuk pelucutan senjata nuklir mereka.

Tetapi siapa yang tahu pasti, kepribadian Kim bisa saja menggiring opini publik dan seolah menjadi baik pada saat KTT besok. Pasalnya, Kim selalu digambarkan sebagai seorang psikopat, namun berubah menjadi malaikat saat pertemuan dengan Moon beberapa bulan yang lalu.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement