Senin 11 Jun 2018 10:13 WIB

Rusia dan Cina Tanda Tangani Kesepakatan Nuklir

Kesepakatan nuklir Rusia-Cina ini bakal membuat perusahaan nuklir AS tersingkir

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nidia Zuraya
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN (ilustrasi)
Foto: EPA/Laurent Dubrule
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Teknologi nuklir VVER-1200 generasi ketiga Rusia akan segera masuk ke pasar Cina, setelah kesepakatan ditandatangani antara perusahaan Cina dan Rusia. Kemajuan Rusia ini dapat mengorbankan perusahaan nuklir Amerika Serikat (AS) Westinghouse Electric Co, merampas kontrak terakhir senilai sekitar 12,5 miliar dolar AS.

Menurut laporan di situs resmi perusahaan, China National Nuclear Corp (CNNC) dan perusahaan nuklir negara Rusia Rosatom setuju untuk membangun total empat reaktor nuklir VVER-1200 di Pabrik Nuklir Tianwan di Provinsi Jiangsu, Cina Timur dan pabrik nuklir Xudapu di Provinsi Liaoning Cina Timur Laut sebagai bagian dari kesepakatan nuklir sekitar 20 miliar yuan.

Laporan media mengatakan reaktor nomor 3 dan nomor 4 di pabrik Xudapu akan menggunakan teknologi Rusia dan pembangunannya mungkin dimulai sebelum reaktor pertama dan kedua, yang akan menggunakan teknologi AP1000 yang dirancang oleh Westinghouse. Itu berarti Rosatom telah mengambil sebagian besar dari pasar yang awalnya ditujukan untuk Westinghouse.

Pabrik Xudapu memiliki rencana untuk menampung enam reaktor 1 juta kilowatt."Label harga untuk reaktor AP1000 generasi 1 juta kilowatt adalah sekitar 20 miliar yuan," kata Wang Dezhong, seorang profesor yang mengkhususkan diri dalam teknologi terkait nuklir di Sekolah Teknik Mesin di bawah Universitas Jiao Tong Shanghai, kepada Global Times, Ahad (10/6).

Ini berarti Westinghouse bisa kalah dalam kesepakatan senilai 80 miliar yuan jika tidak mendapatkan kontrak untuk empat reaktor yang tersisa.Wang mencatat bahwa memilih rute teknologi yang sama untuk sebagian besar reaktor di satu pabrik nuklir akan memberikan banyak kenyamanan operasional.

Namun ada pengecualian untuk pendekatan ini. "Pabrik Nuklir Qinshan di Provinsi Zhejiang Cina Timur memiliki reaktor dengan berbagai kapasitas dan rute teknologi yang berbeda," kata Wang.

Pabrik nuklir Sanmen di Zhejiang, yang pertama di dunia yang menggunakan teknologi AP1000. Pabrik tersebut telah terhambat oleh penundaan,para ahli memperingatkan kondisi itudapat membuatnya bangkrut.

Lin Boqiang, direktur Pusat Cina untuk Penelitian Ekonomi Energi di Universitas Xiamen, mengatakan kemungkinan hilangnya kontrak untuk Westinghouse mungkin bukan hasil dari ketegangan perdagangan antara AS dan Cina, karena Westinghouse bangkrut. Toshiba Corp Jepang saat ini sedang dalam proses mencari pembeli untuk Westinghouse.

"Energi adalah bagian penting dari hubungan perdagangan Sino-AS, tetapi kerjasama nuklir terlalu memakan waktu untuk administrasi Trump, yang ingin melihat hasil cepat," kata Lin, Sino umumnya mengacu pada Cina.

Penerapan teknologi VVER-1200 akan menambah status Cina sebagai tempat uji coba bagi teknologi nuklir generasi ketiga di dunia. Itu juga menempatkan teknologi Rusia dalam persaingan dengan teknologigenerasi ketiga perusahaan lokal HualongOne, serta Westinghouse dan Orano yang berbasis di Eropa.

Pada 1 November 2017, jumlah unit tenaga nuklir yang beroperasi di daratan telah mencapai 37, peringkat ketiga secara global, menurut data dari Administrasi Energi Nasional Cina. Cina juga memiliki 19 unit tenaga nuklir dalam pembangunan dan kapasitas yang terpasang dari gabungan kedua kategori akan menjadi 57,5 juta kilowatt.

"0Jika Cina masih memiliki teknologi AP1000 di Xudapu, itu akan bermanfaat bagi AS, kata Lin."Namun, baik EPR AP1000 dan [Orano] telah terbukti mahal untuk dibangun, dan energi nuklir di Cina menghadapi persaingan yang kuat dari sumber energi bersih lainnya seperti angin dan tenaga surya."

Lin juga menggarisbawahi Rusia juga harus membuktikan efektivitas biaya dari teknologinya. Menurut CNNC, tiga reaktor di Cina menggunakan teknologi Rusia dan memiliki catatan keamanan yang baik.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement