REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Australia merupakan salah satu negara di dunia dengan biaya hidup yang tinggi. Sebanyak delapan kota-kota besar di Australia masuk dalam peringkat kota termahal dunia.
Dari survei yang dilakukan lembaga Mercer di 2017, ditemukan peringkat kota-kota di Australia telah melompat signifikan dibandingkan 2016. Peringkat kota Sydney misalnya, naik 17 peringkat ke peringkat 25.
Hasil yang sama juga didapatkan dari survei oleh lembaga lainnya, yakni Numbeo.com yang menemukan biaya hidup di ibu kota negara bagian di Australia menjadi lebih mahal dalam beberapa tahun terakhir. Profesor Kristy Muir dari Business School di University of New South Wales mengatakan meski Australia dalam beberapa dekade menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan tingkat inflasi yang rendah, tapi hal ini tidak terlihat pada pengeluaran rumah tangga setiap harinya.
"Mereka kesulitan membayar cicilan rumah, mereka kesulitan dengan biaya hidup, pada dasarnya mereka sulit membayar utang, dan menutupi kebutuhan hidup," ujar Profesor Muir kepada ABC.
Pekan lalu, Gubernur Bank Sentral Australia atau Reserve Bank, Phillip Lowe menyampaikan kekhawatirannya soal pertumbuhan upah di Australia yang rendah. Dilaporkan sejumlah keluarga di Australia merasa telah kerja lebih keras dari biasanya namun tetap tidak bisa mencukupi biaya hidup.
Seperti yang dikatakan keluarga Giles yang tinggal di Sydney. Phil Giles bekerja di toko daging dan mulai masuk kerja pukul tiga pagi. Istrinya, Amity bekerja empat hari seminggu sebagai asisten guru di sebuah sekolah menengah atas.
Penghasilan gabungan keduanya hampir mencapai 150 ribu dolar Australia atau lebih dari Rp 1,5 miliar. "Saya tidak yakin ada orang yang merasa upahnya bisa menutupi biaya hidup," ujar Phil.
"Tagihan listrik, telepon, gas, air... semua naik. Dan bukan hanya naik sedikit, tapi persentase kenaikannya sangat besar," katanya.
Seberapa mahalkah biaya hidup di Australia dalam rupiah? Berikut perbandingannya.