REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Kota Wittenoom digambarkan sebagai salah satu tempat paling berbahaya dan terkontaminasi di bumi. Namun, kemasyhuran itu justru menjadi daya tarik wisata bagi Wittenoom, sebuah kota bekas tambang asbes yang beracun, yang letaknya jauh di daerah terpencil di Pilbara, Australia Barat (WA).
Sekitar 20 ribu orang pernah tinggal di sana pada masa kejayaannya sepanjang tahun 1930-an hingga 1966, untuk mengangkut asbes biru yang mematikan. Lebih dari 2.000 kematian telah dikaitkan dengan kegiatan penambangan di Wittenoom dan seluruh kota ini adalah tempat yang terkontaminasi.
Tetapi meskipun papan peringatan besar dan terlihat jelas bertebaran di seluruh kota yang memperingatkan bahaya serius bagi kehidupan manusia, ribuan pelancong yang ingin tahu tetap berkunjung setiap tahun. Pemerintah lokal mengatakan telah menerima laporan beberapa operator pariwisata di Australia Barat (WA) bahkan menawarkan kunjungan yang dipandu.
"Kami baru saja mendengar tentang selentingan di Pilbara ada kelompok wisatawan yang pergi ke sana. Mungkin mereka mengira itu adalah wisata petualangan atau sepanjang garis itu, tapi kami ingin memastikan semua orang sadar ada bahaya yang signifikan bagi diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan teman-teman mereka jika mereka pergi ke Wittenoom," kata Direktur pemerintah lokal Ashburton, Rob Paull.
"Ini mungkin salah satu tempat favorit saya yang pernah saya kunjungi, indah, spektakuler. Kita tidak bisa menduga sebelumnya akan seramnya kota ini ataupun keindahannya," katanya.
Dia mengaku memang tertarik dengan kota-kota hantu. "Ada pemadam kebakaran di sana, ada papan dari toko jaman dulu dan ada bus tua yang masih memiliki garam dan lada dan botol saus di atas meja," katanya.
"Kota itu tampak seperti ditinggalkan begitu saja oleh penduduknya. Ada keindahan alam di sana - Anda melihat bukit dan tata letak perbukitan dan tebing - maka Anda akan melihat jalan lintas buatan manusia di antara itu semua dan tahu itu dulunya adalah tempat yang ramai, tempat yang berkembang di satu waktu," katanya.
Jenny mengatakan dia sangat sadar akan risikonya dan ditemani oleh seorang kerabat yang memiliki bisnis pembersihan asbestos. Jenny mengatakan dia terkejut mendengar orang-orang ditawari tur berpemandu.
"Adalah tindakan konyol masuk ke sana tanpa memiliki pengetahuan cukup mengenai kawasan itu. Saya kira tidak akan akan mungkin ribuan orang akan membanjiri kota itu karena, kota itu ditutup karena alasan tertentu," katanya.
Dia mengatakan lebih banyak yang harus dilakukan untuk mencegah orang mendatangi kota hantu tersebut. "Ini daerah terbuka bagi siapa saja untuk pergi ke sana," katanya.
"Jika Anda ke sana kapan saja, kita akan melihat turis demi turis mengunjungi Wittenoom - bayi, orang-orang dari seluruh dunia. Tempat itu menjadi magnet bagi pengunjung," ujarnya.
Lyniece Bolitho mengatakan tanda-tanda peringatan akan bahaya pencemaran asbestos sudah dirusak. "Ada beberapa tambang yang ditutup, ada beberapa papan pengumuman untuk menghentikan orang masuk ke tambang, tetapi penghalan itu telah dirusak, dijatuhkan," katanya.
"Orang-orang akan pergi ke sana seperti sedang berburu hadiah. Papan peringatan yang ada disana ditujukan untuk orang-orang yang bisa membaca bahasa Inggris, tetapi jika Anda tidak bisa membaca bahasa Inggris, siapa yang dapat menjaminnya. Ini bisa menjadi bencana, masih ada gunungan absestos tetapi kita malah mengizinkan orang untuk pergi ke sana tanpa halangan," ujarnya.
Departemen Purbakala Australia Barat memperingatkan pada situs mereka mengenai keberadaan sisa-sisa asbes biru di seluruh area kota Wittenoom dan itu dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan manusia. Situs itu juga sangat menyarankan orang tidak melakukan perjalanan ke Wittenoom dan menawarkan kepada wisatawan daftar tujuan lain untuk dikunjungi di Pilbara.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.