Ahad 15 Jul 2018 10:11 WIB

Aksi Protes di Nikaragua, Dua Orang Tewas

Protes terus bermunculan menuntut pengunduran diri Presiden Ortega.

Rep: Puti Almas/ Red: Friska Yolanda
Polisi bersenjata Nikaragua berjaga di wilayah Masaya, Nikaragua, Jumat (13/7). Setidaknya hampir 300 orang meninggal sejak 19 April saat munculnya aksi demonstrasi yang meminta pengunduran diri Presiden Daniel Ortega.
Foto: AP Photo/Cristobal Venegas
Polisi bersenjata Nikaragua berjaga di wilayah Masaya, Nikaragua, Jumat (13/7). Setidaknya hampir 300 orang meninggal sejak 19 April saat munculnya aksi demonstrasi yang meminta pengunduran diri Presiden Daniel Ortega.

REPUBLIKA.CO.ID, MANAGUA -- Aksi protes besar-besaran terjadi di Ibu Kota Managua, Nikaragua pada akhir pekan ini. Sebanyak dua orang dilaporkan tewas akibat serangan yang dilakukan pasukan pro-pemerintah negara itu di sejumlah tempat, salah satunya adalah Universitas Otonomi Nasional Nikaragua. 

Serangan dilaporkan berlangsung selama beberapa jam, membuat mahasiswa yang berada di universitas itu panik. Di antara mereka disebut mengalami luka-luka dan lainnya melarikan diri serta mencari perlindungan di tempat terdekat, yaitu sebuah gereja. 

Namun, gereja tersebut juga tak luput dari serangan pasukan pro-pemerintah. Salah satu korban tewas dilaporkan meregang nyawa di dalam tempat itu. 

“Mereka (pasukan) menembak gereja dan membuat seorang pendeta dan beberapa orang terluka,” ujar pendeta Silvio Jose Baez dilansir CNN, Ahad (15/7). 

Dari laporan saksi di lokasi kejadian, ada sekitar 100 mahasiswa yang bersembunyi di dalam gereja. Namun, sebanyak 15 di antaranya terkena tembakan dan terluka. Beruntung, sekelompok dokter sukarelawan yang merupakan tim medis di gereja tersebut dapat memberikan pertolongan. 

Aksi protes di Nikaragua terus bermunculan sejak April lalu. Ketika itu, pemerintah negara yang dipimpin Presiden Daniel Ortega ini mengumumkan perubahan pada sistem jaminan sosial terkait pensiun. 

Komisi Hak Asasi Manusia Antar-Amerika melaporkan sejak aksi protes berlangsung, sebanyak 271 orang tewas dan 2.000 lainnya terluka. Serangan yang diluncurkan pasukan pemerintah terus bermunculan seiring dengan gerakan nasional yang menuntut pengunduran diri Ortega.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement