Selasa 31 Jul 2018 12:47 WIB

Trump Siap Temui Pimpinan Iran Tanpa Prasyarat

Iran tak mungkin bertemu AS yang mengadopsi kebijakan permusuhan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolanda
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump
Foto: NBC News
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan siap bertemu pemimpin Iran tanpa prasyarat apa pun. Menurut Trump terdapat potensi perang antara AS dengan Iran. 

"Saya pasti akan bertemu dengan Iran jika mereka ingin bertemu. Berbicara kepada orang lain, terutama ketika Anda berbicara tentang potensi perang, kematian, kelaparan, dan banyak hal lainnya, Anda bertemu. Tidak ada yang salah dengan pertemuan," kata Trump kepada awak media di Gedung Putih pada Senin (30/7), dikutip laman Anadolu Agency. 

Kendati demikian, Trump tak cukup yakin apakah pemimpin Iran bersedia bertemu dengannya. Walaupun menurutnya pertemuan dan pembicaraan akan bermanfaat memperbaiki hubungan kedua negara. 

Kementerian Luar Negeri Iran telah mengatakan tak mungkin mengadakan pertemuan dengan Washington. "Tidak mungkin untuk melakukan pembicaraan dengan pemerintah AS yang mengadopsi kebijakan permusuhan terhadap Iran," katanya. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi menyoroti tentang sanksi eknomi baru yang hendak dijatuhkan AS terhadap negaranya. Sejak hengkang dari kesepakatan nuklir Iran pada 8 Mei lalu, AS memang telah mengancam akan menjatuhkan sanksi terberat terhadap Teheran. 

Sanksi gelombang pertama, yang sebagian besar menargetkan sektor perbankan Iran, akan mulai diberlakukan AS pada 6 Agustus. Kemudian pada 4 November, sanksi gelombang berikutnya akan diterapkan dengan mengincar sektor energi, terutama minyak Iran. 

Menurut Qasemi dengan penerapan sanksi ekonomi demikian, sangat sulit bagi negaranya untuk bersedia mengadakan pertemuan dengan AS. "Langkah-langkah bermusuhan Washington terhadap Teheran dan upayanya memberikan tekanan ekonomi pada negara ini dan menjatuhkan sanksi, tidak akan ada kemungkinan untuk pembicaraan," ujarnya. 

Sanksi terbaru yang dijatuhkan AS berkaitan dengan keengganan Iran merevisi kesepakatan nuklir yang tercapai pada 2015. AS menilai kesepakatan tersebut cacat karena masih memberikan ruang bagi Iran untuk mengembangkan rudal balistiknya. 

Pada 8 Mei lalu, Trump memutuskan menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran. Sanksi dan embargo kembali diberlakukan hingga Iran bersedia melakukan renegosasi kesepakatan nuklirnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement