Jumat 17 Aug 2018 18:45 WIB

Pentagon: Cina Mampu Serang Pangkalan Militer AS

AS menilai Cina akan terus meningkatkan belanja militernya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Militer Cina (ilustrasi)
Foto: EPA/IGOR KOVALENKO
Militer Cina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon menilai, Cina memiliki kemampuan untuk menyerang pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Samudra Pasifik. Hal tersebut diungkap Pentagon dalam laporan berjudul "Military and Security Development Involving the People's Republic of China" yang diserahkan ke Kongres AS.

Laporan itu menyoroti peningkatan kemampuan militer Cina, termasuk pembelanjaan pertahanan yang diperkirakan mencapai 190 miliar dolar AS. Peringatan tentang merupakan salah satu bagian dari penilaian komprehensif ambisi militer dan ekonomi Cina.

"Selama tiga tahun terakhir, PLA (People's Liberation Army/Tentara Pembebasan Rakyat) telah dengan cepat memperluas wilayah operasi (pesawat) pengebom overwater-nya, mendapatkan pengalaman di daerah maritim yang kritis dan kemungkinan pelatihan untuk serangan terhadap AS dan target sekutu," kata Pentagon dalam laporannya, dikutip laman BBC, Jumat (17/8).

Baca juga, Cina Perkuat Militer di Laut Cina Selatan.

"PLA dapat menunjukkan kemampuan untuk menyerang pasukan AS dan sekutunya serta pangkalan militer di Samudra Pasifik barat, termasuk Guam," kata Pentagon menambahkan.

Menurut Pentagon, Cina akan terus meningkatkan belanja pertahanannya. Ia memperkirakan anggaran pertahanan Beijing akan menjadi 240 miliar dolar AS selama 10 tahun ke depan.

AS diketahui memiliki kekhawatiran atas berkembangnya pengaruh Cina di kawasan Pasifik. Salah satu isu yang memicu ketegangan antara kedua negara itu adalah Laut Cina Selatan. Cina telah mengklaim hampir seluruh wilayah perairan strategis tersebut.

Namun klaim itu ditentang oleh negara-negara yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan, seperti Malaysia, Filipina, Indonesia, Vietnam dan lainnya. AS pun turut menentang klaim Cina atas wilayah perairan itu.

Saat ini ASEAN tengah berupaya menyelesaikan sengketa klaim atas Laut Cina Selatan dengan Cina. Sementara AS secara teratur berusaha menunjukkan kebebasan navigasi dengan menerbangkan pesawatnya di atas Laut Cina Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement