REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menolak untuk mundur sebelum terbukti kalah dalam pemungutan suara baru ketua Partai Liberal. Sebelumnya beberapa menteri senior mengatakan dia tidak lagi mendapat dukungan dari anggota partainya di parlemen.
Dalam jumpa pers singkat pada Kamis (23/8), PM Turnbull mengatakan sebuah bentuk kegilaan telah menyelimuti mereka yang ingin adanya perubahan pemimpin partai. Turnbull sekarang mendesak lawan-lawan politiknya untuk menunjukkan tanda tangan sedikitnya 43 orang sebelum dia setuju bagi adanya pemilihan ketua partai Liberal.
Beberapa jam sebelumnya, saingan utamanya Peter Dutton mengatakan Turnbull tidak lagi memliki dukungan dari anggota partai. Turnbull kemudian menunggu beberapa jam sebelum mendesak adanya daftar nama dari orang-orang yang meminta adanya pemungutan suara yang baru.
Turnbull juga meragukan kelayakan Dutton sebagai anggota parlemen. Dia mengatakan bahwa dia sedang menunggu pesan dari Ahli Hukum Negara (Solicitor General) mengenai hal tersebut pada Jumat pagi.
"Saya harus menekankan betapa pentingnya hal ini bahwa seseorang yang ingin menjadi Perdana Menteri Australia haruslah seseorang yang berhak duduk sebagai anggota parlemen." kata PM Turnbull.
Partai oposisi Partai Buruh sebelumnya juga meminta kejelasan mengenai posisi Dutton yang mungkin melanggar pasal 44 UU. Hal itu karena dia memiliki bisnis pengasuhan anak-anak yang mendapat subsidi dari pemerintah.
Dutton sudah menunjukkan pendapat hukum yang mengatakan dia tidak melanggar konstitusi. PM Turnbull mengatakan bila ada pemungutan suara baru maka itu akan dilangsungkan pada Jumat (24/8) siang.
Turnbull mengatakan bila dia kalah maka dia akan mengundurkan diri dari parlemen. "Saya sudah jelas mengatakan bahwa saya percaya mantan perdana menteri sebaiknya tidak berada lagi di parlemen. Saya kira tidak ada bukti yang mengatakan pendapat saya itu salah." kata Turnbull dengan tampaknya mengacu kepada pendahulunya Tony Abbott yang masih menjadi anggota parlemen setelah disingkirkan oleh Turnbull dua tahun lalu.
Dalam jumpa pers tersebut Turnbull menjelaskan adanya pertarungan di dalam partainya. "Tentu saja bila ada yang melakukan pemberontakan dari dalam, maka akan susah dihentikan." kata Turnbull.
"Kelompok minoritas di dalam parlemen didukung oleh mereka yang di luar melakukan bully, intimidasi agar yang lain melakukan perubahan kepemimpinan yang mereka inginkan."
"Ini sudah digambarkan oleh banyak orang, termasuk mereka yang tidak bisa melawannya, sebagai bentuk kegilaan," katanya lagi.
Di tengah krisis kepemimpinan tersebut, beberapa menteri senior sudah mengundurkan diri termasuk Menteri Keuangan Mathias Corman, Menteri Perdagangan Steve Ciobo dan Menteri Kesehatan Greg Hunt. Pemerintah kemudian secara kontoversial membatalkan persidangan di Majelis Rendah Parlemen lima jam lebih awal, guna menghindari pertanyaan dari kubu partai oposisi.
Partai Buruh marah besar atas keputusan tersebut. "Saya sudah mengatakan hari Selasa bahwa pemerintahan ini sudah kehilangan keinginan untuk hidup." kata pemimpin Partai Buruh Bill Shorten.
Dalam perkembangan lain, Menteri Urusan Lansia Ken Wyatt mengatakan bahwa dia mungkin tidak akan mau menjadi Menteri bila Peter Dutton menjadi Perdana Menteri. Dutton memboikot permintaan maaf nasional di tahun 2008 kepada warga aborijin, dan Wyatt adalah anggota parlemen pertama dari kalangan aborijin di majelis rendah.
"Saya akan serius mempertimbangkan posisi saya." kata Wyatt kepada Radio 6PR di Perth.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini