Rabu 12 Sep 2018 16:22 WIB

Duterte: Ada Rencana untuk Membunuh dan Mengudeta Saya

Duterte mengaku akan membongkar konspirasi itu dalam waktu dekat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Filipina Rodrigo Duterte
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Presiden Filipina Rodrigo Duterte

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte yakin sejumlah mantan perwira militer berencana untuk membunuhnya. Ia juga menyebutkan oposisinya Antonio Trillanes terlibat dalam dua upaya kudeta Gloria Macapagal Arroyo pada 2003 dan 2007.

"Seseorang mengatakan itu rencana mereka sekarang, jika mereka tidak dapat meraih tujuan mereka dengan ledakan, mereka akan membunuh," kata Duterte di sebuah wawacana televisi di Filipina, seperti dilansir dari Sputnik, Rabu (12/9).

Duterte mengatakan, ia memiliki sejumlah bukti yang menyatakan sejumlah politisi oposisi, pemberontak Komunis Maois dan mantan perwira militer merencanakan kudeta atau pembunuhan terhadapnya.

Mantan wali kota Davao itu tidak mengungkapkan negara asing mana yang memberikan informasi tentang hal ini, tapi ia pastikan semuanya akan terbongkar dalam waktu dekat.

Baca juga, Duterte: Filipina Lebih Baik Dipimpin Diktator.

Duterte bahkan menantang oposisi dan militer untuk segera menjatuhkannya jika mereka memiliki kesempatan. "Saya tantang Magdalo untuk memulainya sekarang," kata Duterte.

Magnalo adalah kelompok yang dipimpin oleh musuh bebuyutannya, Senator Antonio Trillanes. Kelompok yang bernama Samahang Magdalo tersebut diisi oleh sejumlah mantan perwira militer.  "Pastikan para prajurit dan jendral itu milik Anda, mari lihat apa yang orang Filipina inginkan sebenarnya," tambah Duterte.

Duterte membuat pernyataan ini setelah Mahkamah Agung menolak permohonan penahanan sementara Antonio Trillanes IV. Mahkamah Agung Filipina mengatakan persoalan ini akan merujuk ke dua pengadilan yang lebih rendah sebelumnya.

Trillanes diampuni oleh Presiden Filipina Benigno Aquino III atas upaya kudeta Gloria Macapagi-Arroyo. Mahkamah Agung juga menyatakan Trillanes tidak bisa ditahan tanpa surat peringatan.

Tapi Duterte mencabut pengampunan tersebut dan memerintahkan Departemen Kehakiman dan militer untuk mulai kembali proses pidana terhadap Trillanes.

Menurut Duterte dokumen yang mengabulkan pengamunan Trillanes diajukan secara tidak benar dan mantan perwira angkatan Laut tersebut pun tidak cukup mengakui kesalahannya. Sejak saat itu Trillanes bersembunyi di kantor senatnya untuk menghindari penangkapan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement