Sabtu 22 Sep 2018 01:16 WIB

Pemerintah Venezuela Penjarakan 34 Manajer Toko Swalayan

Para manajer toko swalayan ini dipenjara atas dakwaan memainkan harga

Ratusan orang menggelar aksi damai di berbagai kota di Venezuela sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Foto: EPA
Ratusan orang menggelar aksi damai di berbagai kota di Venezuela sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan pada Kamis (20/9) bahwa 34 manajer toko swalayan dijebloskan ke penjara. Para manajer toko swalayan ini didakwa menyembunyikan makanan dan memainkan harga.

Langkah itu adalah penumpasan terkini oleh pemerintahan Maduro terhadap dunia usaha. Sementara Venezuela berjuang mengatasi kejatuhan ekonomi, yang parah.

"Kami memiliki sekelompok pasar swalayan, yang menyembunyikan barang dari masyarakat dan mulai mendakwa mereka apapun yang mereka inginkan. Ada 34 manajer toko swalayan besar berada di belakang jeruji karena melanggar undang-undang," kata Maduro dalam siaran satu jam di televisi negara.

"Saya mengatakan satu hal dan toko swalayan bicara lain. Apa alasan mereka tidak mengikuti peraturan," kata Maduro menambahkan.

Maduro juga mendesak rakyat Venezuela untuk berbicara jika mereka melihat harga tidak jujur untuk menghindari 'dirampok'.

Pada bulan lalu, Maduro menjanjikan pembaruan ekonomi untuk negara kaya minyak itu, yang mengalami hiperinflasi dan kekurangan barang-barang dasar, kenaikan gaji 60 kali lipat dan mendevaluasi mata uang sebesar 96 persen.

Pemerintahannya yang terjerat uang tunai menyatakan pihaknya akan menutupi gaji selama tiga bulan pertama sehingga bisnis tidak akan menaikkan harga-harga kendati kongres pimpinan oposisi memperkirakan inflasi tahunan 200 ribu persen.

Media lokal telah melaporkan bahwa banyak manajer yang ditangkap itu bekerja di Central Madeirense, rantai yang didirikan sekitar 70 tahun lalu oleh pendatang asal Portugis. Perusahaan itu dan Kementerian Informasi Venezuela tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement