Senin 24 Sep 2018 07:02 WIB

Korsel Ingin Bahas Denuklirisasi Korut dengan Trump

Isu denuklirisasi Korut telah menjadi perhatian dan kepentingan seluruh negara dunia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolanda
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bersalaman dengan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un di Pyongyang, Rabu (19/8).
Foto: Pyongyang Press Corps Pool via AP
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bersalaman dengan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un di Pyongyang, Rabu (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in melakukan kunjungan ke Amerika Serikat (AS) pada Ahad (23/9). Ia bertemu dengan Presiden AS Donald Trump untuk membahas denuklirisasi Korea Utara (Korut).

“Presiden Moon akan mengadakan diskusi mendalam (dengan Trump) tentang cara untuk memecahkan kebuntuan dalam pembicaraan Korut-AS guna memperbaiki hubungan kedua negara,” ujar direktur senior dari Kantor Keamanan Nasional kepresidenan Korsel Nam Gwan-pyo, dikutip laman Yonhap, Ahad (24/9).

Saat bertemu Trump, Moon juga akan memaparkan hasil pertemuannya dengan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un. Saat bertemu Kim, Moon memang tidak hanya membahas perihal denuklirisasi, tapi turut mempromosikan kembali penyelenggaraan dialog antara Korut dan AS.

Menurut Nam, Moon pun akan menjelaskan hasil pertemuannya dengan Kim saat menghadiri sidang Majelis Umum PBB. Sebab isu denuklirisasi Korut telah menjadi perhatian dan kepentingan seluruh negara dunia.

Moon melakukan kunjungan resmi ke Korut pada Selasa (18/9). Kunjungannya ke sana membawa dua misi utama, yakni memajukan proses denuklirisasi dan mempromosikan kembali dialog antara Korut dengan AS. Perihal denuklirisasi, Moon telah berhasil membujuk Kim untuk menutup fasilitas rudal dan nuklirnya.

Seusai kunjungan tersebut, Moon mengatakan terdapat beberapa hal yang tidak dicantumkan dalam deklarasi bersama antara dirinya dan Kim. “Saya berencana untuk menyampaika pesan tersebut secara detail kepada AS,” ucapnya.

Ia hanya mengatakan, Kim berulang kali menegaskan komitmennya untuk mempercepat proses denuklirisasi. Oleh sebab itu, ia akan mengupayakan kembali penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) AS-Korut. “Saya yakin proses denuklirisasi dapat bergerak lebih cepat jika kedua pemimpin itu (Kim dan Trump) berhadap-hadapan,” ujar Moon.

Trump dan Kim telah bertemu di Singapura pada 12 Juni lalu. Terdapat empat hal yang disepakati Trump dengan Kim seusai pertemuan. Pertama Korut dan AS setuju menjalin hubungan baru yang mengarah ke perdamaian. Kedua, baik AS maupun Korut setuju untuk membangun rezim yang stabil di Semenanjung Korea.

Ketiga, mengacu pada Deklarasi Panmunjeom, Korut menyatakan berkomitmen melakukan denuklirisasi menyeluruh di Semenanjung Korea. Kemudian terakhir, kedua negara sepakat memulangkan tahanan perang atau tentara yang dinyatakan hilang yang telah teridentifikasi. 

Kendati telah menghasilkan kesepakatan, AS menyatakan sanksi terhadap Korut tak akan dicabut. Sanksi baru akan dilepaskan ketika negara tersebut melakukan denuklirisasi secara penuh dan lengkap. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement