REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India mengirim ahli untuk mengatasi wabah virus zika di lokawisata terkenal Jaipur, ibukota negara bagian utara, Rajasthan, dengan mencermati wanita hamil. Menurut Kementerian Kesehatan India, 22 orang di kota itu dinyatakan mengidap virus Zika.
Hingga kini tidak ada vaksin untuk virus itu, yang menyebabkan cacat lahir parah pada janin. Wanita hamil di daerah itu dipantau Badan Kesehatan Negara, yang dibentuk pemerintah untuk meningkatkan perawatan kesehatan di seluruh negeri tersebut.
"Keadaan terus dipantau secara teratur," kata pernyataan kementerian tersebut pada Senin (9/10) malam.
Perhimpunan Bantuan Kesehatan Wisatawan Antarbangsa, yang berpusat di Toronto, menyatakan menyarankan wisatawan hamil menunda perjalanan ke daerah tersebut, bagian dari "segitiga emas" pariwisata India, yakni Delhi, Jaipur dan Agra, tempat Taj Mahal.
Virus zika pertama kali ditemukan pada 1947, menjadi wabah di Brasil pada 2015. Ketika itu ribuan bayi dilahirkan dengan mikrosefali, cacat otak dengan pengaruh kemampuan berbicara dan bergerak.
Itu adalah wabah ketiganya di India, dengan yang pertama di kota barat, Ahmedabad, pada Januari 2017 dan yang kedua di negara bagian selatan, Tamil Nadu, pada Juli 2017. Keduanya dapat diatasi oleh pemerintah.
"Penderita terkini itu -di tengah musim pesta negara itu, saat banyak orang India bepergian, meningkatkan ancaman penularan- muncul di tengah lonjakan penyakit lain akibat nyamuk, yang membunuh ribuan orang di India setiap tahun," kata Badan Kesehatan Dunia dalam keterangan resminya.
Ibu kota Delhi melaporkan peningkatan jumlah penderita demam berdarah, dengan 169 dilaporkan pada pekan pertama Oktober dan jumlah untuk tahun ini mencapai 650, kata NDTV, mengutip angka Perusahaan Kota Delhi Selatan, yang melacak penyakit akibat nyamuk.