Rabu 31 Oct 2018 14:55 WIB

Uang Milik Muammar Gaddafi Raib dari Bank di Belgia

Muammar Gaddafi memiliki dana 5 miliar dolar AS yang dibekukan di perbankan Belgia.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Mendiang Muammar Qaddafi
Mendiang Muammar Qaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Belgia sedang menyelidiki hilangnya dana yang telah dibekukan sebesar 5 miliar dolar AS milik mendiang mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi. Uang tersebut belum diketahui apakah telah disalurkan kepada sejumlah orang atau pihak-pihak di Libya.

Pada Senin (29/10), Jaksa Agung Belgia Georges Gilkinet mengatakan ia telah meluncurkan penyelidikan atas hilangnya uang miliaran dolar dari rekening bank Gaddafi itu. Menurutnya, PBB juga sedang menyelidiki hal tersebut.

Gilkinet mengatakan kepada saluran televisi Belgia, RTBF, uang sekitar 5,6 miliar dolar AS milik Gaddafi telah hilang dari bank-bank Belgia. Informasi yang ada menunjukkan, uang itu telah dikirim ke tokoh-tokoh dan pihak-pihak yang tidak dikenal di Libya.

"Ini menunjukkan, Belgia tidak berkomitmen pada keputusan PBB untuk membekukan aset Gaddafi," ungkapnya. Ia juga meminta Pemerintah Belgia untuk mengklarifikasi apa yang terjadi sehingga tidak mengarah pada skandal besar.

Masalah itu telah memicu kontroversi di Belgia karena ada kekhawatiran akan keterlibatan pemerintah dalam menyalurkan uang ini kepada milisi bersenjata untuk membiayai perang di Libya. Hal tersebut tentu akan memperkuat kekacauan dan membahayakan stabilitas.

Belgia telah membekukan semua rekening bank Gaddafi pada 2011 sesuai dengan keputusan PBB. Namun, kemudian ternyata pembayaran bunga dan dividen dari dana ini tidak berhenti ketika diketahui menghilang dari rekening dan dikirim ke penerima misterius.

Anwar Orief, kepala komite Libya untuk menyelidiki dana selundupan, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa dia tidak memiliki informasi tentang kasus ini.

"Kami tidak diminta untuk memulai penyelidikan untuk mengidentifikasi pihak-pihak (yang menerima uang itu) dan untuk memantau aktivitas dana yang masuk ke Libya," kata Orief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement