Satuan Anti Teror menangkap tiga pria yang dicurigai merencanakan penembakan massal di Melbourne, Selasa (20/11/2018). Mereka diduga berusaha mendapatkan senjata semi-otomatis untuk membunuh sebanyak mungkin orang di keramaian.
Menurut keterangan polisi, ketiga terduga teroris yang berusia antara 21 dan 30 tahun, sudah dipantau sejak Maret lalu. Dua di antaranya bersaudara.
Dijelaskan, ketiga pria ini terinspirasi oleh kelompok teroris ISIS.
Kepala Kepolisian negara bagian Victoria Graham Ashton menjelaskan, penangkapan dilakukan setelah niat para terduga semakin meningkat pekan ini.
Menurut Ashton, ketiganya belum memutuskan lokasi yang akan menjadi sasaran serangan mereka.
Namun polisi, katanya, menduga lokasinya berupa keramaian sehingga akan menimbulkan korban sebanyak mungkin.
Penangkapan dilakukan pukul 03 pagi dengan melibatkan lebih dari 200 petugas Kepolisian Victoria, Kepolisian Federal Australia (AFP) dan badan intelijen ASIO.
Ashton menolak menyebutkan nama ketiga terduga, namun mengatakan ketiganya warga negara Australia yang paspornya dibatalkan tahun ini.
"Ketiga orang ini warga negara Australia berlatar belakang Turki," jelas Ashton.
Meningkat seminggu terakhir
Ashton menjelaskan ketiga pria berupaya memperoleh senapan semi-otomatis 0,22 dalam beberapa hari terakhir.
"Sekitar pekan lalu, mereka semakin bersemangat," katanya.
Ashton menambahkan bahwa pemberitaan tentang terorisme sedang ramai menyusul kejadian di jalan Bourke Street pekan lalu serta kasus Bourke Street lainnya yang pelakunya sedang disidangkan.
"Saya tidak tahu apakah hal berperan atau tidak. Tapi yang pasti selama seminggu terakhir mereka begitu bersemangat untuk segera melakukan sesuatu," katanya.
Dia menjelaskan dua di antara terduga ini tidak memiliki catatan kriminal, sementara seorang lainnya pernah melakukan pelanggaran lalu-lintas.
Ashton mengakui komunikasi terenkripsi yang dilakukan ketiga pria ini menyulitkan polisi dan badan intelijen memecahkan rencana mereka.
Mendagri Peter Dutton mendorong perlunya UU baru yang akan memudahkan pihak berwenang mengakses pesan seseorang yang dikirim melalui aplikasi terenkripsi.
Sementara itu Ian McCartney dari AFP mengatakan jika polisi dan badan intelijen tidak bertindak tegas, banyak orang mungkin terbunuh.
Dia mengatakan ketiga pria ini akan didakwa dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup.
Menurut McCartney, sejak September 2014, sebanyak 90 orang telah diajukan ke pengadilan terkait kontraterorisme.
Dia menjelaskan paspor ketiga orang ini sebelumnya dibatalkan karena dikhawatirkan mereka pergi ke zona konflik.
Namun dia menegaskan bahwa pihak berwenang tidak percaya rencana serangan mereka ini dikendalikan oleh ISIS.
"Ini rencana serangan yang terinspirasi ISIS, terdorong oleh mesin propaganda," katanya seraya menyayangkan orang masih percaya pada mesin propaganda.
Menteri Utama negara bagian Victoria Daniel Andrews mengatakan penangkapan ini menunjukkan polisi dan badan intelijen berusaha semaksimalnya untuk menjaga keamanan warga.
Sebelumnya pada awal bulan ini, tiga terdakwa berbeda telah divonis bersalah merencanakan serangan teror di pusat Kota Melbourne selama musim liburan Natal 2016.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.