REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- CEO The Washington Post, Fred Ryan, mengecam keputusan Presiden AS Donald Trump untuk tidak menghukum Arab Saudi atas kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Dalam artikel opini di surat kabarnya, Ryan menggambarkan pernyataan Trump yang mendukung Arab Saudi sebagai pernyataan yang aneh, tidak akurat, dan bertele-tele.
"Pesan yang jelas dan berbahaya telah dikirim ke tiran di seluruh dunia: Miliki cukup uang di hadapan presiden Amerika Serikat, dan Anda akan lolos dari kasus pembunuhan," tulis Ryan, dikutip Arab News.
Khashoggi merupakan kolumnis The Washington Post yang tewas terbunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober lalu. Gedung Putih pada Selasa (22/11) merilis pernyataan resmi dari Trump, yang berjudul 'Statement from President Donald J. Trump on Standing with Saudi Arabia.'
"Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammad bin Salman dengan penuh semangat menyangkal telah mengetahui tentang perencanaan atau pelaksanaan pembunuhan Khashoggi. Badan-badan intelijen kami terus menyelidiki semua informasi, tetapi sangat mungkin Putra Mahkota mengetahui tentang peristiwa tragis ini - mungkin dia melakukannya dan mungkin juga tidak!" kata Trump dalam pernyataan itu.
Trump mempertahankan pendiriannya bahwa AS membutuhkan Arab Saudi karena minyaknya, kesediaannya untuk melawan Iran, dan kemampuannya untuk melawan terorisme di wilayah tersebut.
Arab Saudi telah memberikan pernyataan yang berbeda-beda atas hilangnya Khashoggi, sebelum menyatakan dia terbunuh dalam sebuah operasi yang dilakukan oleh agen jahat. Sejauh ini, 21 orang, termasuk seorang petugas keamanan, telah ditangkap di Arab Saudi sehubungan dengan pembunuhan itu.
"Bagaimanapun keberatannya, orang-orang mungkin harus menutup mata terhadap pembunuhan Khashoggi, presiden berpendapat, hal itu tidak sepadan dengan kesepakatan senjata AS-Saudi," ungkap Ryan.
CIA baru-baru ini merilis sebuah laporan yang menyimpulkan bahwa Pangeran Mohammed telah memerintahkan pembunuhan Khashoggi.