Senin 26 Nov 2018 13:12 WIB

Warga Asing Pengidap HIV di Cina Naik Tiga Kali Lipat

Pemerintah Cina melaporkan setiap tahun terdapat 80 ribu kasus baru HIV.

Wisatawan mengunjungi salah satu bangunan bagian dari situs bersejarah Kota Terlarang atau Forbidden City di Beijing, Cina.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Wisatawan mengunjungi salah satu bangunan bagian dari situs bersejarah Kota Terlarang atau Forbidden City di Beijing, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Warga negara asing yang mengidap HIV di Cina naik hingga tiga kali lipat dalam delapan tahun terakhir. Pada 2010, WNA yang mengidap HIV tercatat 660 orang, namun pada 2017 jumlahnya mencapai 2.154 orang seperti dilaporkan media resmi setempat, Senin (26/11).

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan HIV/AIDS Cina Han Mengjie, memerinci lagi dari jumlah tersebut terdapat 13 pelajar asing yang mengidap HIV pada 2010 dan 100 pelajar asing pada 2017. Kasus HIV pada orang asing selama 2017 lebih dibanyak terjadi di kalangan pengguna obat-obatan terlarang, pekerja seks komersial, dan pasangan campuran di Provinsi Yunnan dan Daerah Otonomi Guangxi Zhuang.

Apakah meningkatnya kasus HIV pada WNA tersebut terkait dengan pencabutan larangan WNA pengidap HIV/AIDS ke negeri Tirai Bambu pada 2010, Han menjawab pencabutan larangan tersebut merupakan konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh 143 negara dan kawasan. Pemerintah Cina masih akan memastikan lagi apakah kasus WNA terkena HIV/AIDS memang terkait makin banyaknya WNA seiring dengan arus globalisasi.

"Pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS sudah ada dalam kerja sama persyaratan orang asing dengan berbagai organ pemerintahan, namun yang lebih penting lagi adalah kami perlu meningkatkan kewaspadaan HIV dan mendorong mereka yang mengidap HIV untuk melakukan tes," ujarnya seperti dikutip Global Times.

Hingga akhir 2018, jumlah WNA yang terkena HIV/AIDS diperkirakan mencapai 1,25 juta orang. Pemerintah Cina melaporkan setiap tahun terdapat 80 ribu kasus baru HIV.

Sekitar 70 persen orang yang didiagnosis HIV mengidap virus heteroseksual dan 26 persen terjangkit virus akibat hubungan seksual sesama pria. "Kepedulian para pelajar Cina terhadap perlindungan HIV sangat rendah. Kurang dari 40 persen pelajar melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom," kata Han.

Pemerintah Cina juga melaporkan 3.000 kasus HIV terjadi di lingkungan pelajar setiap tahun. Pada 2017 terdapat 3.077 pelajar mengidap HIV, sekitar 82 persen akibat hubungan seksual sesama jenis.

Menurut Han, 52 unit perguruan tinggi yang tersebar di 11 provinsi dan wilayah di Cina memiliki mesin uji HIV anonim untuk kalangan pelajar sehingga para pelajar bisa melakukannya dengan menguji sampel air seni dan hasilnya bisa langsung dikirim melalui aplikasi di telepon pintar. Ia berharap mesin sejenis bisa dimiliki oleh kampus-kampus lainnya di seluruh pelosok daratan Cina itu.

Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap HIV/AIDS, Komisi Kesehatan Nasional bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan setempat membangun sistem pelaporan HIV di kampus, termasuk menggelar kursus daring tentang HIV yang sampai saat ini telah mampu diakses sekitar sejuta pelajar di negara tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement