Senin 10 Dec 2018 06:51 WIB

Presiden Macron akan Ambil Sikap Atasi Aksi Rompi Kuning

Pemerintah meminta demonstran agar realistis terhadap tuntutan mereka.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstran rompi kuning Prancis, ilustrasi
Foto: AP Photo/Kamil Zihnioglu
Demonstran rompi kuning Prancis, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron akan menyampaikan pidatonya pada Senin (10/12) untuk menanggapi aksi demonstransi rompi kuning. Pada Sabtu (8/12), demonstran rompi kuning kembali terlibat bentrok dengan polisi antihuru hara Prancis.

Mereka melemparkan batu, membakar mobil dan merusak toko-toko serta restoran dalam aksi demonstrasi yang telah memasuki pekan keempat tersebut.

Istana Elysee pada Ahad (9/12) mengatakan, Macron yang terpilih pada Mei 2017 lalu, akan menyampaikan pidatonya  pada Senin malam waktu Paris. Pada Senin pagi, Macron akan bertemu dengan serikat pekerja, organisasi pengusaha dan pejabat  setempat untuk membahas tanggapan pemerintah terhadap demonstrasi itu.

Menteri Tenaga Kerja Muriel Penicaud mengatakan, kepada saluran televisi LCI bahwa Macron akan segera mengumumkan langkah-langkah konkret. Namun ini tidak termasuk kenaikkan upah minimum. "Meningkatkan upah minimum akan menghancurkan pekerjaan. Banyak usaha kecil tidak mampu dan berisiko bangkrut," katanya.

Hal serupa juga disampaikan oleh juru bicara pemerintah Benjamin Griveaux. Ia memperingatkan agar demonstran  tetap realistis terhadap tuntutan mereka. 

"Tidak semua masalah para pengunjuk rasa rompi kuning akan dipecahkan dengan melambaikan 'tongkat sihir'," katanya.

Namun, demonstran tidak terkesan dengan tawaran pemerintah. Mereka melanjutkan blokade  dari bundaran lalu lintas nasional dan bersumpah untuk terus berjuang dalam menyuarakan tuntutannya. "Saya akan tinggal di sini sampai Paskah, jika perlu," ujar seorang pengunjuk rasa  kepada televisi BFM di Frejus, Prancis selatan.

Baca juga, Demonstran Rompi Kuning: Ada Ketidakadilan Sosial di Prancis.

Macron terakhir kali menyampaikan pernyataannya dalam menanggapi aksi demonstran  pada 27 November lalu. Sejak itu, ia membatalkan kenaikan pajak BBM untuk  meredakan situasi. Namun aksi protes telah berubah menjadi gerakan anti-Macron yang lebih luas.

Pihak berwenang mengatakan 136 ribu orang telah mengambil bagian dalam protes di seluruh Prancis pada  Sabtu (8/12), termasuk 10 ribu di Paris. Lebih dari 1.709 telah ditangkap, 1.000 di antaranya berada di Paris. Dan lebih dari 100 orang masih ditahan.

"Kami tidak bisa membiarkan orang-orang berpikir mereka bisa datang ke tempat sampah dan kemudian dengan senang hati kembali ke rumah tanpa menghadapi sanksi hukum," kata jaksa Paris Remy Heitz kepada wartawan.

Di seluruh kota, bank-bank, toko-toko mainan, toko optik dan gerai ritel lainnya menggunakan papan untuk menutup etalase toko yang dihancurkan oleh para pemrotes. "Kamu tidak akan berhasil melewati Natal, Emmanuel," tulis sebuah graffiti di  toko dekat Istana Elysees.

Salah seorang pemilik toko, Gregory Caray merasa lega karena toko furniturnya belum dirusak. "Kamu bisa mengerti gerakan rompi kuning. Tapi ini benar-benar tidak bisa diterima. Sudah tiga pekan berturut-turut sekarang. Lihatlah sekelilingmu, semuanya rusak," katanya.

Protes rompi kuning dimulai pada 17 November lalu. Saat itu sekitar 300 ribu demonstran  turun ke jalan untuk memprotes kenaikan harga dan reformasi ekonomi Macron.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement