Rabu 12 Dec 2018 17:31 WIB

Tahanan Perempuan Ini Dibiarkan Melahirkan Sendirian di Sel

Laporan itu menyalahkan prioritisasi, komunikasi dan pengambilan keputusan yang buruk

Penjara Perempuan Bandyup.
Foto: ABC News
Penjara Perempuan Bandyup.

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sel penjara berkeamanan maksimum di suatu hari bersuhu 33-derajat. Seorang perempuan terpaksa melahirkan bayinya sendirian sambil memohon bantuan selama berjam-jam kepada penjaga penjara yang mengawasinya melalui celah di pintu sel.

Itu adalah temuan yang mengganggu yang diumumkan pada hari Rabu (12/12) dalam pemantauan yang memberatkan dari pengawas penjara Australia Barat terhadap insiden yang terjadi pada bulan Maret tahun ini. "Amy* melahirkan, sendirian, di dalam sel yang terkunci," demikian bunyi ringkasan laporan dari inspektur pemasyarakatan, Neil Morgan.

"Staf kebidanan dan sipir mengawasi, dan berusaha mendukungnya melalui celah di pintu, tetapi tidak bisa memberikan dukungan fisik."

Kehamilan di penjara

Laporan itu mengatakan, Amy disidangkan di pengadilan pada awal Januari lalu selama trimester akhir kehamilannya. Ia diberikan keringanan bebas dengan jaminan tetapi tak bisa memenuhi persyaratan dan dibawa kembali ke tahanan.

Ia kemudian dipindahkan ke Penjara Perempuan Bandyup di pinggiran timur laut Perth, pada 17 Februari. Penjara ini dibuka pada tahun 1970 dan merupakan satu-satunya penjara perempuan, yang melayani semua tingkat klasifikasi keamanan, termasuk keamanan maksimum.

Pembunuh berantai Catherine Bernie termasuk di antara penghuninya yang paling terkenal. Laporan itu menemukan Amy dipindahkan ke "sel yang sesak, di unit dua lantai, di lantai pertama, menaiki tangga".

Ia menghabiskan 22 hari kehamilannya menerima perawatan medis dari staf penjara dan dipindahkan ke rumah sakit untuk perawatan rawat jalan.

photo
Penjara Perempuan Bandyup adalah rumah tahanan perempuan paling berbahaya di Australia Barat. (ABC News)

Persalinan berat

Menurut laporan itu, pada pukul 17.30 pada Ahad tanggal 11 Maret, Amy menelepon dari selnya. Laporan itu mengatakan ia menggunakan kata-kata yang menunjukkan ia gugup dan berpikir dirinya akan melahirkan.

Ia dibawa ke pusat kesehatan penjara untuk pemeriksaan, tetapi ketika ia ada di sana, perawat tak diberitahu tentang keluhan rasa sakit yang dideritanya. Ia mengatakan kepada perawat bahwa da menderita sakit perut tetapi membantah akan melahirkan.

Amy diberi beberapa parasetamol dan dibawa kembali ke selnya. Setengah jam kemudian, penjara masuk ke periode penguncian malam.

Pada pukul 18.30, Amy memanggil lagi. Ia terlihat "sangat tertekan", menunjukkan ia sedang dalam proses persalinan.

Selama satu jam berikutnya, seorang staf berbicara dengan Amy melalui pintu selnya.

Tetapi staf kebidanan tak memeriksanya sampai sekitar 7:35 malam. Laporan itu menyalahkan "prioritisasi, komunikasi dan pengambilan keputusan yang buruk". Laporan itu mengatakan bahwa kesulitan yang dirasakan Amy pada tahap ini sudah "terdeteksi" dan bahwa ia jelas membutuhkan bantuan.

Tetapi staf perawat hanya bisa berkomunikasi dengannya melalui pintu sel yang terkunci, karena satu-satunya orang dengan kunci selnya adalah seorang staf di gerbang rumah, yang ditempuh dua hingga tiga menit berjalan kaki.

Lima menit kemudian, Amy melahirkan bayinya, sendirian, di dalam sel yang terkunci.

"Staf kebidanan dan sipir mengawasi, dan berusaha mendukungnya melalui celah di pintu tetapi tidak bisa memberikan dukungan fisik," kata ringkasan laporan itu.

"Ini jelas merupakan situasi berisiko tinggi bagi Amy dan anaknya."

"Ia berada di dalam sel, tidak di lingkungan yang steril, dan tidak ada pemeriksaan perinatal standar untuk ibu dan bayi yang baru lahir tersedia."

"Dan staf tidak akan bisa mengurus pertolongan pertama jika diperlukan."

Kejadian yang memprihatinkan

Setelah Amy melahirkan, ia harus menunggu 7-12 menit lagi sebelum petugas dari gerbang tiba dengan kunci. Pencatatan yang buruk berarti laporan itu bahkan tak bisa menunda waktu untuk meminta bantuan. Amy dan bayinya dikirim ke rumah sakit sore itu.

Profesor Morgan mengatakan ia menyelesaikan tinjauan untuk memahami bagaimana rangkaian peristiwa yang "menyedihkan, merendahkan, dan berisiko tinggi bisa terjadi di penjara Australia abad ke-21". Ia menyimpulkan situasi itu bisa dihindari dan merupakan hasil dari kegagalan sistemik, prosedural dan manusia.

Hal itu termasuk:

- Infrastruktur yang tidak memadai untuk perempuan pada trimester akhir kehamilan;

- Tak ada tindakan atau respon lambat dari beberapa staf;

- Komunikasi yang buruk; dan

- Proses yang buruk

photo
Inspektur Pemasyarakatan Australia Barat, Neil Morgan, telah banyak mengkritik penanganan kehamilan di penjara. (ABC News: Briana Shepherd)

Kedaruratan level tinggi tak pernah diberlakukan

Profesor Morgan mengatakan, tidak ada cukup akomodasi untuk perempuan hamil di sistem penjara Australia Barat karena kurangnya perencanaan dan bahwa Amy telah ditempatkan di sel dengan sedikit atau tanpa pertimbangan untuk kebutuhannya.

Departemen Kehakiman telah mengakui kondisi itu tak layak, dan sejak saat itu memindahkan napi perempuan di trimester akhir kehamilan di unit lain yang lebih cocok.

"Setiap orang di shift malam pada tanggal 11 Maret sadar bahwa Amy sedang kesakitan dan tertekan setidaknya satu jam sebelum kelahiran," kata Profesor Morgan.

"Situasi meningkat tanpa ada yang menyadari bahwa situasi darurat berkembang atau mengambil tindakan yang tepat."

Profesor Morgan mengatakan kejadian itu "tak bisa dijelaskan" tidak ada yang menelepon nomor darurat sampai setelah bayi itu lahir. "Respon terhadap nomor darurat itu juga sangat lambat. Seharusnya tidak perlu waktu 7-12 menit untuk membuka pintu sel," katanya.

Ia juga mengatakan ada kekurangan besar dalam pencatatan insiden itu. Ia mengatakan, staf tidak melakukan pencatatan "panggilan sel", insiden itu awalnya tidak dilaporkan sebagai "kritis" dan bahwa tidak mungkin untuk mencatat jadwal kejadian yang jelas karena pencatatan waktu dan rekaman CCTV tidak disinkronkan.

"Perempuan hamil akan terus ditahan di penjara," ujar Profesor Morgan. "Departemen ini memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesehatan dan keselamatan ibu dan anak tidak terganggu, bahkan jika sumber dayanya kurang."

"Tak ada justifikasi tentang apa yang terjadi dalam kasus Amy, dan itu tak boleh terulang."

Departemen tersebut telah meluncurkan peninjauannya sendiri dan mengembangkan rencana tindakan untuk memperbarui kebijakan dan menyediakan proses yang lebih baik untuk merawat dan mengelola perempuan hamil.

Departemen dan Menteri Pemasyarakatan Australia Barat, Fran Logan, telah dihubungi untuk dimintai komentar. Pada saat kejadian, seorang juru bicara Departemen Kehakiman menggambarkan insiden itu sebagai "sangat langka".

"Perempuan hamil secara medis diperiksa ketika diterima di tahanan dan diberikan perawatan dan dukungan pranatal berkelanjutan yang sesuai dengan standar kesehatan di masyarakat yang lebih luas," katanya.

Ia mengatakan kelahiran itu "tak terduga" dan perempuan tersebut melahirkan segera setelah proses persalinan berjalan. "Staf bertindak secepat mungkin untuk mengatur kelahiran yang tak terduga."

*Nama Amy telah diubah dalam laporan itu untuk melindungi identitasnya.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-12-12/tahanan-perempuan-australia-ini-dibiarkan-melahirkan-sendirian/10612386
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement