Ahad 30 Dec 2018 18:09 WIB

Israel Protes ke Yordania Setelah Benderanya Diinjak

Hubungan Yordania dengan Israel tidak disukai banyak rakyat Yordania.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Dwi Murdaningsih
Peserta Aksi Bela Palestina dari Pemuda Pasar Kliwon meginjak bendera Israel sambil membentangkan bendera Palestina. Hal ini sebagai bentuk kekesalan atas agresi militer Israel yang semakin meningkat pasca pernyataan Presiden Amerika Donald Trump pada Jumat (15/12).
Foto: Republika/Andrian Saputra
Peserta Aksi Bela Palestina dari Pemuda Pasar Kliwon meginjak bendera Israel sambil membentangkan bendera Palestina. Hal ini sebagai bentuk kekesalan atas agresi militer Israel yang semakin meningkat pasca pernyataan Presiden Amerika Donald Trump pada Jumat (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Israel secara resmi melayangkan protes ke Yordania setelah juru bicara Pemerintah Yordania, Jumana Ghunaimat, menginjak bendera Israel pada Kamis (27/12). Saat itu Ghunaimat sedang melakukan kunjungan ke serikat buruh di Amman.

Ghunaimat terlihat menginjak gambar bendera Israel yang ada di lantai saat ia memasuki gedung serikat pekerja Yordania untuk menghadiri pertemuan di sana. Serikat pekerja Yordania dikenal sangat menentang normalisasi hubungan antara Yordania dengan Israel meskipun ada perjanjian damai yang ditandatangani pada 1994.

Bendera Israel dibentangkan di lantai, tepat di depan pintu masuk gedung, bersama dengan tanda injakan sepatu, sehingga memaksa siapapun yang masuk ke gedung itu untuk menginjaknya. Hal itu dilakukan oleh serikat pekerja sebagai bentuk protes terhadap Israel.

Kementerian Luar Negeri Israel telah mengajukan protes keras baik kepada pejabat pemerintah di Amman maupun kepada Kedutaan Hashemite di Tel Aviv. Media Israel mengatakan pihak berwenang Israel telah memanggil Duta Besar Yordania Ghassan al-Megali pada Ahad (30/12) untuk memprotes perbuatan Ghunaimat itu.

Meski demikian, Ghunaimat yang juga menjabat sebagai Menteri Urusan Media dan Komunikasi Yordania, justru mendapat pujian di media sosial karena termasuk di antara mereka yang memilih untuk menginjak bendera itu.

Dilansir di Anadolu, Perdana Menteri Yordania Omar Razzaz dilaporkan ikut menghadiri pertemuan tersebut, tetapi ia memilih memasuki gedung melalui pintu samping. Razzaz yang menghindari untuk menginjak bendera Israel, mendapat banyak kritik di media sosial.

Sejumlah aktivis politik juga mengejeknya dan menyebutnya munafik dengan mendukung entitas Zionis. Laporan media tidak merinci apakah ada menteri atau pejabat senior lain yang telah menginjak bendera itu atau justru memilih untuk memasuki gedung melalui pintu samping.

Meskipun kedua negara telah memiliki perjanjian damai, hubungan Yordania dengan Israel tidak disukai banyak rakyat Yordania. Times of Israel melaporkan, bulan lalu, Raja Yordania Abdullah II mengumumkan dia tidak akan memperbarui bagian dari perjanjian damai 1994 yang memberi izin Israel untuk menggunakan dua area pertanian kecil di sepanjang perbatasan.

Abdullah mengatakan dia juga akan menarik dua lampiran tambahan pada perjanjian damai itu, yang memungkinkan Israel untuk menyewakan daerah-daerah itu selama 25 tahun.

Abdullah tidak memberikan alasan terkait keputusannya itu, tetapi ia telah berada di bawah tekanan domestik untuk mengakhiri sewa yang mencakup daerah-daerah di Naharayim di utara dan Tzofar di Gurun Arava selatan, yang keduanya sekarang akan kembali ke tangan Yordania.

Amman menghadapi tekanan kuat untuk membatalkan perjanjian sewa dengan Israel, termasuk dari 80 anggota parlemen yang menandatangani surat kepada pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement