Kamis 31 Jan 2019 13:03 WIB

PBB: 5.000 Orang Tinggalkan Venezuela Setiap Hari

Kurangnya pangan sebagai alasan utama mereka melarikan diri.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolanda
Warga Venezuela menunggu pemeriksaan petugas migrasi setelah tiba di Huaquillas, Ekuador, yang berbatasan dengan Peru pada Jumat (24/8) waktu setempat. Ribuan orang telah menyeberang ke Peru beberapa jam sebelum pihak berwenang mulai menegakkan aturan baru.
Foto: AP Photo/Martin Mejia
Warga Venezuela menunggu pemeriksaan petugas migrasi setelah tiba di Huaquillas, Ekuador, yang berbatasan dengan Peru pada Jumat (24/8) waktu setempat. Ribuan orang telah menyeberang ke Peru beberapa jam sebelum pihak berwenang mulai menegakkan aturan baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- PBB mengatakan hampir 5.000 warga Venezuela mengungsi ke negara-negara tetangga setiap harinya. Mereka meninggalkan negaranya karena ketidakstabilan dan ketidakpastian di tengah krisis politik. 

"Brasil, Kolombia, Ekuador, Peru masih menjadi negara yang menerima jumlah terbesar warga Venezuela," ujar juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Ghedini-Williams dalam sebuah konferensi pers pada Rabu (30/1), dikutip laman Anadolu Agency.

Tahun lalu, 2,3 juta warga Venezuela dilporkan telah meninggalkan negaranya dan mengungsi ke beberapa negara tetangga. Mereka pergi karena krisis ekonomi yang kian memburuk menyebabkan ketersediaan kebutuhan pokok menjadi langka. 

"Orang-orang menyebutkan kurangnya pangan sebagai alasan utama mereka melarikan diri, dengan dilaporkan 1,3 juta orang menderita kekurangan gizi," ujar juru bicara PBB Stephane Dujarric tahun lalu.

Minimnya pelayanan kesehatan juga mempengaruhi keputusan warga Venezuelq untuk mengungsi. Ada kekurangan parah obat-obatan dasar dan persediaan medis, yang telah menyebabkan penurunan kualitas rumah sakit," ujar Dujarric. 

Menurut UNHC, sejak 2015, 3 juta warga Venezuela telah meninggalkan negaranya dan mengungsi. Hal itu menyebabkan krisis baru di negara-negara Amerika Latin. 

Saat ini Venezuela tengah dilanda krisis politik. Ratusan ribu warganya telah melakukan demonstrasi dan menuntut pelengseran Presiden Nicolas Maduro dari jabatannya. 

Pekan lalu, Majelis Nasional Venezuela yang dipimpin kelompok oposisi menyatakan bahwa pemerintahan Maduro tidak sah. Juan Guaido selaku pemimpin oposisi kemudian memproklamirkan dirinya sendiri sebagai presiden sementara negara tersebut.

Beberapa negara, seperti Amerika Serikat (AS), Israel, dan Australia telah menyatakan dukungannya terhadap kepemimpinan Guaido. Sementara Rusia dan Cina mengecam intervensi pihak asing dalam krisis politik yang sedang berlangsung di sana. 

Selain gejolak politik, Venezuela juga mengalami krisis ekonomi. Negara itu diketahui sedang berjuang di bawah hiperinflasi yang mendekati 2 juta persen setiap tahun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement