Ahad 03 Feb 2019 17:46 WIB

Pelaku Pengeboman Gereja Filipina Dibantu Abu Sayyaf

Sejauh ini tidak ada warga Filipina yang melakukan bom bunuh diri.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Polisi berjaga di luar gereja yang menjadi sasaran bom pada Ahad (27/1) di Jolo, Filipina.
Foto: AP
Polisi berjaga di luar gereja yang menjadi sasaran bom pada Ahad (27/1) di Jolo, Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Menteri Dalam Negeri Eduardo Año yakin pasangan Indonesia pelaku pengeboman gereja katedral di Mindanao dibantu kelompok separatis Abu Sayyaf. Kepada delegasi pertemuan Barangay Summit on Peace and Order di Palo, Provinsi Leyte, Ano mengatakan para pelaku dibantu Abu Sayyaf.

"Anggota Abu Sayyaf yang mengarahkan mereka, mempelajari sasaran, melakukan pengintaian dan pengawasan dan membawa pasangan itu kedalam katedral," kata Ano, seperti dilansir di Inquirer, Ahad (3/2).

Baca Juga

Saat diwawacara televisi Ano mengatakan pelaku laki-laki dikenal sebagai Abu Huda dan memiliki nama samaran lainnya. Ia sudah berada di Sulu dalam waktu yang lama. Beberapa saksi mata mengatakan pendamping laki-laki tersebut seorang perempuan yang meletakkan bom di Katedral Our Lady of Mount Carmel.

Ano mengutip saksi mata yang mengatakan pelaku perempuan tetap berada di tempat duduknya tepat di sebelah bom diletakkan. Kemungkinan, kata Ano, pelaku juga tewas dalam ledakan.

"Tujuan pasangan tersebut untuk membuat contoh dan mempengaruhi warga Filipina menjadi pelaku bom bunuh diri," kata Ano.

Sejauh ini tidak ada warga Filipina yang melakukan bom bunuh diri. Pernyataan Ano ini menjadi sebuah simpul baru dalam penyelidikan yang penuh dengan laporan yang tidak konsisten dan terkadang saling bertentangan.

Menurut salah satu penyidik, investigasi kasus ini semakin diperumit dengan lokasi kejadian yang sudah terkontaminasi. Sebelumnya para petugas polisi setempat mengatakan bom diledakkan melalui detonator jarak jauh.

Namun, kemudian Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan serangan ini dilakukan dengan bom bunuh diri. Pernyataan Duterte ini didukung Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana.  

Ano yang juga mantan petinggi militer mengatakan Daulah Islamiyah (DI) yang terdiri dari Abu Sayyaf, Ajang-Ajang, dan kelompok-kelompok teror lainnya sudah menyatakan kepatuhan (baiat) pada ISIS. Mereka mengincar 'kota-kota progresif' di Mindanao, tapi darurat militer menghalangi mereka.

Ano yakin selain ledakan bom di gereja katedral, serangan masjid di Zamboang juga perbuatan DI. Sebuah granat yang dilempar ke dalam masjid menewaskan dua orang.

"Mereka ingin meningkatkan perang teror di level agama, itulah mengapa mereka memilih gereja dan katedral seperti yang mereka lakukan di Indonesia," kata Ano.  

Wali Kota Jolo Kherkar Tan mengungkapkan keraguannya terhadap keefektifan pengamanan yang dilakukan pemerintah sebelum ledakan terjadi. Tan meminta kelompok hak asasi manusia melakukan pencarian fakta independen atas serangan ini.

"Saya khawatir pengeboman ini berakhir untuk menutup-nutupi kesalahan," kata Tan.

Direktur Kepolisian Sulu Inspektur Pablo Labra II mengatakan dua bagian tubuh yang ditemukan di dalam gereja kemungkinan milik para pelaku. Berdasarkan penyelidikan lokasi kejadian, polisi menemukan sepasang kaki.

"Satu pasang bisa jadi milik perempuan berdasarkan sepatu yang ia kenakan, sepasang lagi bisa jadi milik laki-laki," kata Labra.

Labra mengatakan tidak ada satu pun keluarga korban yang mengklaim bagian tubuh tersebut. Tidak ada keluarga yang tewas dan yang terluka melaporkan bagian tubuh yang hilang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement