REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Seorang miliarder Cina yang ditolak untuk kembali ke Australia telah meminta partai-partai politik Australia untuk mengembalikan donasi jutaan dolar yang ia berikan.
Huang Xiangmo dengan cepat menjadi pelobi pro-Cina terkemuka, mendekati politisi dan menyumbangkan setidaknya 2 juta dolar AS (atau setara Rp 20 miliar) kepada partai-partai politik Australia secara langsung dan melalui perusahaannya.
Tapi keputusan Departemen Dalam Negeri Australia untuk mencabut izin tinggal permanennya dan menolak permohonan kewarganegaraannya, yang dilakukan saat Huang berada di luar negeri, membuatnya tak bisa masuk kembali ke negara itu. Sejumlah lembaga keamanan telah menyuarakan kekhawatiran atas kemungkinan hubungan Huang dengan Partai Komunis Cina dan motivasi di balik sumbangannya yang dermawan.
Investigasi bersama ABC-Fairfax pada 2017 mengungkapkan upayanya untuk mendapat paspor Australia terhenti karena kekhawatiran tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat (8/2), Huang mengatakan bahwa ia telah diperlakukan tidak adil oleh Pemerintah Australia dan tidak melanggar hukum Australia.
"Sangat mengecewakan diperlakukan dengan cara yang sangat tidak adil," kata Huang.
"Keputusan pembatalan visa dibuat atas spekulasi tak berdasar yang berprasangka dan tidak berdasar."
"Ini bukan Australia yang saya percayai, Australia dengan kebebasan, demokrasi, supremasi hukum dan keadilan, tetapi saya tetap menjaga keyakinan saya pada hukum dan keadilan."
ABC memahami keputusan untuk menolak Huang masuk Australia disampaikan beberapa bulan yang lalu.
Huang, yang menentang keputusan itu, mengatakan semua sumbangannya telah dilakukan secara patuh sesuai hukum Australia.
"Jika donasi masa lalu saya yang manapun dianggap tak pantas oleh partai politik atau tokok politik manapun, saya sekali lagi mengusulkan opsi agar mereka mengembalikan jumlah yang disumbangkan tanpa keharusan untuk membayar bunga apapun."
"Uang yang dikembalikan kemudian akan disumbangkan ke organisasi amal Australia."
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Ikuti berita-berita lain di situs ABC Indonesia.