REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Bocah kembar siam yang dilahirkan di Yaman dan sangat memerlukan penanganan di luar negeri meninggal pada Sabtu (9/2). Demikian disampaikan Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Houthi, Ahad (11/2).
Para dokter yang merawat Abd al-Khaleq dan Abd al-Rahim di Sanaa, ibu kota Yaman, mengatakan, kedua bocah tersebut tak dapat bertahan hidup di dalam sistem kesehatan di Yaman yang dilanda perang. Keduanya perlu dibawa ke luar negeri untuk mendapat perawatan yang layak.
Bayi yang baru berusia berumur dua pekan ini tak dapat dibawa karena bandar udara di Sanaa telah ditutup untuk penerbangan-penerbangan sipil sejak 2015.
Koalisi pimpinan Saudi memiliki kendali atas ruang udara Yaman. Hanya pesawat-pesawat PBB dapat mendarat di sana saat ini dan membuka kembali bandara yang merupakan tujuan kunci dari pembicaraan perdamaian pimpinan PBB yang memulai perundingan-perundingan di Stockholm pada Desember.
"Sebuah organisasi Saudi, Pusat Raja Salman bagi Pertolongan dan Tugas Kemanusiaan, telah mencari cara bagaimana membawa bocah-bocah itu ke luar negeri dengan mendapatkan perawatan," kata kantor berita Saudi SPA pada Rabu.
Baca juga, Mendamaikan Konflik Bersenjata di Yaman.
Bocah itu memiliki kepala terpisah tetapi berbagi batang tubuh. Dalam satu pernyataan yang disiarkan kantor berita Saba yang dikelola Houthi, Kementerian Kesehatan mengatakan kematian bocah-bocah tersebut mencerminkan situasi kesehatan dan kemanusiaan di Yaman terutama anak-anak yang menjalani kehidupan sebagai akibat dari perang tersebut.
Perang yang hampir berlangsung empat tahun itu melibatkan Houthi yang bersekutu dengan Iran melawan koalisi dukungan Saudi yang berusaha memulihkan pemerintah Abd-Rabbu Mansour Hadi. Houthi menggulingkan Hadi dari kekuasaan di Sanaa pada 2014.
Konflik itu telah menewaskan puluhan ribu orang, meruntuhan ekonomi dan menyebabkan jutaan orang lagi menghadapi kelaparan.